Ini pula yang mendorong para peneliti mempelajari apa yang terjadi pada tubuh Scott.
Mereka mengamati Scott secara psikologis dan fisiologis dan membandingkannya dengan keadaan Mark.
Para peneliti juga melihat berbagai protein dan mengevaluasi kognisi saudara kembar tersebut.
Mereka menghubungkan perjalanan ruang angkasa dengan tekanan kekurangan oksigen, peningkatan peradangan, dan pergeseran nutrisi.
Semua hal itu mempengaruhi ekspresi gen pada tubuh seseorang.
Dengan kata lain, gen dan DNA astronot akan berubah saat pergi ke luar angkasa.
Dirangkum dari Newsweek, Jumat (09/03/2018), biasanya, beberapa perubahan ini akan kembali normal beberapa jam setelah astronot mendarat ke bumi.
Sayangnya, itu tidak terjadi pada Scott. Bahkan, setelah 6 bulan pendaratannya, DNA Scott masih terpengaruh.
(BACA: Seorang Ilmuan Mengatakan Bahwa NASA Telah Menyembunyikan Bukti Fosil Alien di Planet Mars)
Pada 2017 lalu, para peneliti menemukan bahwa kepingan kromosom (tepatnya telomer atau bagian ujung DNA) Scott Kelly menjadi lebih panjang selama di luar angkasa.
Pengujian lebih lanjut mengkonfirmasi perubahan ini dan mengungkapkan bahwa sebagian besar telah memendek hanya dalam waktu dua hari setelah ia mendarat.
Setelah mendarat, 93 persen gen Scott kembali normal, kata peneliti.
Tapi, perubahan 7 persen tersebut bisa mengindikasikan perubahan gen jangka panjang yang terkait sistem kekebalan tubuh, perbaikan DNA, jaringan pembentukan tulang, kekurangan oksigen, hingga peningkatan karbon dioksida.
Penelitian tentang saudara kembar ini nantinya akan digabung menjadi laporan ringkas.
Laporan tersebut rencananya akan dirilis pada akhir tahun ini oleh NASA.
Penelitian ini diharapkan bisa menginformasikan pemahaman tentang tubuh manusia di luar angkasa. (*)
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul: DNA Berubah di Luar Angkasa, Kedua Astronot Kembar Ini Membuktikannya
Penulis | : | Adrie P. Saputra |
Editor | : | Adrie P. Saputra |