Lalu bagaimana seorang desainer Wignyo Rahadi menanggapi hal tersebut? Ini dia jawaban desainer Indonesia Wignyo Rahadia mengenai harga kain tradisional Indonesia yang terbilang mahal.
"Mahal itu, kan, sangat relatif, satu orang pernah beli baju harganya 500 yang bukan kain tradisional. Padahal, kain tradisional yang di bawah 500 juga ada, loh," ungkap Wignyo Rahadi kepada Stylo Grid.ID saat ditemui dalam acara Pesona Busana dan Aksesoris Nusantara 2018, di Jakarta, Rabu (14/03/2018).
Menurutnya harga kain yang cukup tinggi dirasa wajar sebagai ganti upah para pengrajin dalam membuatnya.
"Kalau imagenya memang mahal sampai yang berjuta-juta, karena memang prosesnya lama. satu kain dengan panjang 3 meter aja bisa sampe 3 minggu. Lah, kalau upah satu harinya 50 ribu, kalau dikalikan tiga minggu udah berapa, kan udah mahal sekali jatohnya," bebernya kepada Stylo Grid.ID.
Harga yang mahal merupakan salah satu apresiasi terhadap pengrajin yang telah bersedia untuk melestarikan kain khas Indonesia.
Namun sayangnya, para pengrajin tidak menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama melainkan sampingan.
(Dian Pelangi Pamerkan Busana Batik dengan Teknik Arsiran di Panggung Mode Jakarta Fashion Week 2018)
"Tapi, kan, kalau pengrajin upahnya gak 50 ribu Rupiah, soalnya menenun atau membatik itu masih sampingan. Nah ini yang sebenernya saya sedang berusaha bagaimana para temen-temen pelaku penenun atau pembatik ini melakukannya tidak menjadi sampingan," tutupnya.
Salah satu usaha yang dilakukan Wignyo adalah mengenalkan kain tradisional (yang dalam hal ini tenun) untuk diakui di mata dunia. (*)
Resmi Cerai dari Andrew Andika, Tengku Dewi Ucap Rasa Syukur: Alhamdulillah Banget
Penulis | : | Ridho Nugroho |
Editor | : | Ridho Nugroho |