Ternyata Usmar Ismail juga seorang pejuang, tentara dalam menghadapi agresi militer Belanda.
(BACA : Dua Tempat Duduk yang Perlu Dihindari Jika Ingin Nyaman Sepanjang Penerbangan)
Dari sinilah film-filmnya banyak bertema perjuangan.
Seperti film yang berjudul Darah dan Doa.
Darah dan Doa merupakan film pertama yang diproduksi oleh Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) dan hari pertama syuting pada 30 Maret 1950 dijadikan sebagai hari film nasional.
Ada pula film karyanya berjudul Enam Djam di Djogja (1951) yang berkisah tentang 'Serangan Oemoem 1 Maret 1949' yang juga diproduksi oleh Perfini.
Serta masih banyak film bertema perang macam Pedjuang (1960), Toha, Pahlawan Bandung Selatan (1961) dan Anak-anak Revolusi (1964).
Hingga yang paling fenomenal tentunya, Tiga Dara (1956).
(BACA : Pilot Ukraina yang Dituduh Menembak Jatuh Pesawat MH17 Bunuh Diri)
Bahkan film Tiga Dara kembali ditayangkan di bioskop pada 2016 yang lalu setelah menjalani restorasi.
Dalam hidupnya, Usmar Ismail sudah menyutradarai sebanyak 25 macam film.
Film terakhirnya berjudul Ananda (1970).
Tahun berikutnya setelah menggarap film Ananda, Usmar Ismail wafat tanggal 2 Januari 1971 pada usia 49 tahun.
Untuk mengenang jasanya, nama Usmar Ismail diabadikan sebagai pusat perfilman Jakarta, yakni Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.
Ada juga Usmar Ismail Hall sebagai tempat digelarnya pertunjukan opera, musik, dan teater.(*)
Sukses Tutupi Proses Cerai, Revand Narya Akhirnya Bongkar Alasan Faby Marcelia Menggugat, karena Apa?
Penulis | : | Linda Fitria |
Editor | : | Linda Fitria |