Grid.ID - Wulan Maya Sari, istri kedua Opick meninggal dunia, Minggu (18/3/2018).
Ia mengembuskan napas terakhir di rumah sakit setelah menjalani pemulihan pascakuretase.
Meninggalnya istri kedua Opick, hanya berselang dua bulan setelah meninggalnya janin bayi saat masih di kandungan.
Janin bayi itu meninggal saat usianya kandungan delapan bulan.
Setelah kelahiran prematur, kondisi istri kedua Opick terus menurun.
(6 Hal yang Harus Diperhatikan Ibu Hamil Saat Melakukan Olahraga, Simak yuk!)
Ibu hamil yang melahirkan memang rentan meninggal dunia.
Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN), Surya Chandra Suraparty mengatakan, setiap 1,5 jam, seorang ibu melahirkan di Indonesia meninggal dunia.
Dikutip dari Kompas.com, Surya menjelaskan, pada tahun 2000, dari 100 ribu ibu melahirkan ada 228 ibu melahirkan yang meninggal.
Angka itu ditargetkan turun menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2015.
Tingginya angka kematian ibu (AKI) disebabkan beberapa hal.
(Jangan Takut Bercinta Saat Hamil, Cari Tahu Posisi yang Aman yuk, Mau Tahu?)
Inilah penyebab kematian ibu hamil setelah melahirkan bayinya.
1. Hamil muda
Pernikahan usia dini termasuk faktor risiko kematian ibu. Risiko kematian ibu naik jika hamil di usia terlalu muda, jarak antarkehamilan terlalu rapat, jumlah anak terlalu banyak, dan hamil di usia terlalu tua.
Dari sisi kesehatan, organ reproduksi perempuan berusia di bawah 19 tahun belum matang sehingga menikah dan hamil di usia itu berisiko tinggi, seperti perdarahan.
Di usia itu, pengetahuan kesehatan reproduksi remaja juga kurang.
Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN), Surya Chandra Suraparty, salah satu solusi program keluarga berencana.
(Hamil Anak Kedua, Wajah Cantik Audy Item Bikin Terpesona)
2. Pendarahan
Perdarahan bisa terjadi mulai di masa hamil, melahirkan, hingga setelah melahirkan.
Ibu hamil juga perlu mewaspadai tanda-tanda perdarahan misalnya keluar darah merah segar lebih dari 1.000 ml secara terus-menerus.
Salah satu faktor utama pemicu pendarahan adalah terjadinya placenta previa dimana plasenta menutup jalan lahir.
Tanda lainnya seperti sesak napas, pusing, penglihatan kabur dan ada rasa ingin pingsan.
“Ada banyak penyebab perdarahan ini, misalnya usia kurang dari 20 tahun saat hamil, jarak kelahiran dekat, masalah kesehatan ibu atau otot rahim lemah sehingga tidak mampu berkontraksi setelah melahirkan,” ujar Arina Indriany, SpOG, yang dikutip dari Nakita.ID.
(4 Mitos Tentang Wanita yang Merokok Selama Masa Kehamilan)
3. Gagal napas akut
Setelah persalinan, ibu hamil juga beresiko mengalami kegagalan napas akut yang menjadi salah satu penyebab kematian ibu hamil.
Gagal napas ditandai dengan sesak napas secara tiba tiba akibat embolisme paru atau pembekuan darah yang terjadi secara mendadak.
Jika tidak ditanggulangi dengan baik oleh tim medis, gagal napas ini bisa membahayakan nyawa ibu hamil.
4. Preeklamsia
Preeklamsia terjadi akibat gangguan tekanan darah atau hipertensi.
Menurut Dr. Maurize Druzin, profesor di bidang Obgin di Stanford University School of Medicine, preeklamsia berisiko menghambat arteri yang membawa darah ke plasenta sehingga mengurangi jumlah oksigen dan nutrisi ke janin.
Jika tidak terkontrol, preeklamsia dapat menjadi eklamsia yang menyebabkan kejang.
Kejang dapat merusak organ vital ibu hamil dan dapat menyebabkan koma, kerusakan otak, hingga kematian.
Faktor risiko preeklamsia yang perlu diwaspadai antara lain usia kehamilan tidak ideal, obesitas, serta memiliki risiko tekanan darah tinggi.
5. Plasenta previa
Istilah ini digunakan untuk kondisi plasenta menutupi jalan lahir sehingga memicu terjadinya pendarahan, sementara bayi tidak dapat dikeluarkan.
"Belum diketahui apa yang menyebabkannya, namun sebenarnya kondisi ini bisa dideteksi dengan ultrasonografi (USG) di usia kehamilan 3-4 bulan," jelas
dokter spesialis kebidanan dan kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) Dwiana Ocviyanti.
Oleh karena itu, dia menegaskan agar ibu hamil tidak malas memeriksakan kehamilannya secara teratur.
Meskipun kehamilan pertama bisa dilewati dengan sehat, risiko kondisi ini bisa terjadi di kehamilan berikutnya, bahkan justru meningkat.
(Beri Nama Anaknya 'Donald Trump', Keluarga Ini Justru Alami Kesulitan Hidup)
6. Solusio plasenta
Kondisi ini dikenal juga dengan istilah awam ari-ari lepas.
Solusio plasenta biasanya terjadi karena trauma, seperti terjatuh, atau mendapat kekerasan.
Kondisi ini berbahaya karena akan memicu pendarahan dini dan mengakibatkan kematian bagi ibu maupun janin
7. Infeksi
Dalam Survei Demografi Kesehatan Indonesia, infeksi memengaruhi 22% kematian saat melahirkan.
Infeksi juga bisa terjadi di masa kehamilan atau saat melahirkan.
Terdapat beberapa infeksi yang sebaiknya diwaspadai ibu hamil sebagai penyebab kematian saat melahirkan.
Tuberkulosis menjadi infeksi yang perlu segera ditangani karena penyakit ini dapat memengaruhi perkembangan janin dan mengganggu proses persalinan.
Hepatitis akibat infeksi virus yang menyerang organ hati juga harus diwaspadai.
Infeksi virus hepatitis E dinilai paling meningkatkan risiko kematian dan ditakuti ibu hamil.
Infeksi yang juga harus diwaspadai adalah erisipleas yang disebabkan kuman Streptococcus hemolyticus yang bisa menyebabkan peradangan di seluruh jaringan organ tubuh. (*)
(6 Hal yang Harus Diperhatikan Ibu Hamil Saat Melakukan Olahraga, Simak yuk!)
Nyesek, Abidzar Al Ghifari Sampai Lakukan Ini Demi 'Hadirkan' Mendiang Uje di Pernikahan sang Adik, Umi Pipik Auto Mewek