Hal itu ditandai dengan perubahan suhu di daerah lintang tinggi, perubahan arah angin dan perubahan pembentukan awan.
"Perubahan arah angin dan pembentukan awan tersebut yang menyebabkan perubahan musim di Indonesia dengan adanya musim hujan dan kemarau," jelas Thomas.
Menurut LAPAN, fenomena ini dapat diamati di kota Pontianak, juga daerah lain yang dilalui garis khatulistiwa; misalnya Bonjol, Bontang, Riau, Parigi Moutong, Kepulauan Kayoa, Amberi, hingga Gebe.
Fenomena ini berlangsung dua kali dalam setahun; berikutnya autumnal equinox diperkirakan terjadi pada 23 September mendatang di wilayah yang dilintasi garis khatulistiwa.
Kota di Luar Garis Khatulistiwa Juga Mengalami 'Hari Tanpa Bayangan' Namun ...
Kota-kota di luar garis khatulistiwa juga akan mengalami fenomena 'hari tanpa bayangan', tergantung koordinat lintang wilayahnya dan posisi deklinasi matahari.
"Fenomena tersebut tidak terjadi pada hari yang sama, tergantung dengan posisi lintangnya, dan berdasar perhitungan pergeseran matahari, fenomena tersebut terjadi dua kali dalam setahun," jelas AR. Sugeng Riyadi, Kepala Pusat Astronomi Assalaam, seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com
Untuk Jakarta, fenomena tersebut terjadi pada tengah hari setiap tanggal 4 Maret dan 8 Oktober.
Sementara di Belitung, fenomena terjadi setiap 13 Maret dan 1 Oktober.
Hal serupa juga terjadi di Kota Sabang pada 5 April dan 8 September dan Kota Solo setiap 1 Maret dan 18 Oktober. (*)
3 Tahun Menghilang, Li Ziqi Akhirnya Comeback, Ini 5 Fakta Sang YouTuber Cantik Nomor 1 di China dan Alasan Sempat Hiatus
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |