Chlorine adalah zat kimia yang sering digunakan di industri dan produk kebersihan rumah tangga, mengandung racun yang berwarna kuning kehijauan dengan bau yang mencekik leher.
Nah, sering kali zat ini "berinteraksi" dengan bahan kimia lain hingga menciptakan kondisi lain yang mengganggu di kolam renang.
Dalam kasus di Ohio, jika biasanya water park dalam ruangan memiliki "ventilasi' untuk membuang hasil interaksi chlorine tersebut, namun saat kejadian alat tersebut tak berfungsi sempurna.
Badan yang melakukan investigasi tadi menemukan ada lima dari enam kipas angin ventilasi di termpat itu tak berfungsi.
(Poppy Sovia Ingin Mas Kawinnya Diganti dengan Motor Trail)
Tentu saya, bagi para ahli kimia gangguan yang dialami pengunjung menjadi hal yang tak mengejutkan.
Selama ini, chlorine dipakai untuk membuat kolam tetap aman dengan membunuh kuman pada air kolam.
Namun zat ini pun bertemu dengan senyawa organik seperti keringat, produk perawatan kulit, dan air seni pengunjung.
Akhirnya tercipta senyawa baru seperti kloramina, sianogen klorida, dan nitrosamine.
(Tepat Satu Tahun Kepergian Sang Ayah, Tasya Kamila Tulis Kalimat yang Mengharukan!)
Zat-zat itu mampu mengakibatkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan.
Dari uraian ini dapat dilihat, bukan saja jorok, membuang air seni di dalam kolam ternyata berkontribusi para gangguan kesehatan kita dan pengunjung lain.
Lalu, berbilas sebelum masuk ke kolam renang juga dapat mengurangi jumlah keringat, melunturkan lotion dan tabir surya yang masuk ke kolam, hingga meminimalkan interaksi dengan zat di dalam kolam.
Bagaimana? Masih berpikir untuk 'pipis' di dalam kolam? (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan Lagi "Pipis" di Dalam Kolam Renang, Ini Risikonya... ",
Penulis | : | Nailul Iffah |
Editor | : | Nailul Iffah |