Grid.ID - Tak cuma enak dan pulen, saat memasak nasi kita harus mempertimbangkan mengenai kandungan gizinya.
Dalam sebuah studi yang dilakukan awal tahun 2017 lalu menyebut bahwa cara kita memasak nasi selama ini ternyata salah.
Alih-alih membuat sehat, cara memasak seperti itu dianggap berbahaya bagi tubuh.
Menurut studi itu, nasi yang dimasak dengan cara yang kurang tepat masih meninggalkan jejak arsenik yang disebabkan oleh racun industri dan residu pestisida yang tertinggal di tanah.
(BACA : 4 Superfood Lezat yang Bisa Bantu Turunkan Berat Badan Kamu)
Lalu bagaimana caranya menghilangkan racun itu?
Untuk mendapatkan nasi yang baik dari segi kesehatan, kita harus memasaknya dengan jumlah air yang dua kali lipat dari yang biasa kita lakukan.
Jika tidak begitu, kita juga bisa meredamnya semalaman sebelum memasaknya.
Dalam program BBC berjudul “Trust Me, I'm a Doctor”, Profesor Andy Meharg, dari Universitas Queens Belfast, mengetes tiga cara memasak beras untuk melihat tingkat arsenik yang paling banyak.
Tes pertama: memasak beras dengan menggunakan metode satu gelas beras, dua gelas air.
(BACA : 5 Tips yang Dapat Membantumu Turunkan Berat Badan Selain Diet, Simak yuk!)
Hasilnya, masih ada jejak racun arsenik dalam nasi tersebut.
Tes kedua: menggunakan lima gelas air untuk satu gelas beras.
Dengan cara ini nasi memang menjadi lebih lembek seperti bubur tapi tingkat racun arsenik di dalamnya hampir setengahnya.
Tes ketiga: sebelum dimasak, beras direndam semalaman. Prof. Meharg menemukan bahwa cara ini bisa menurunkan racun arsenik hingga 80%.
Begitulah, ketika memasak nasi jangan hanya mencari enaknya tapi pikirkan juga sehatnya.
Jangan sampai nasi yang seharusnya membuat lebih berenergi dan sehat, eh, justru membuat kita jadi pesakitan.
(Artikel ini pernah tayang di Intisari dengan judul : "Menurut Profesor Ini, Cara Kita Memasak Nasi Selama Ini Ternyata Salah dan Justru Berbahaya Bagi Kesehatan")
5 Arti Mimpi Memelihara Kucing Oren di Rumah, Ternyata Jadi Pertanda Bakal Ada Kesempatan Baru yang Datang? Simak Penjelasannya
Penulis | : | Linda Fitria |
Editor | : | Linda Fitria |