Sebab, tragedi tersebut telah mengakibatkan banyak korban, di antaranya 82 warga Iran, 63 warga Kanada, 11 warga Ukraina, 10 warga Swedia, 4 warga Afganistan, 3 warga Jerman dan 3 warga Inggris.
A sad day. Preliminary conclusions of internal investigation by Armed Forces:
Human error at time of crisis caused by US adventurism led to disaster
Our profound regrets, apologies and condolences to our people, to the families of all victims, and to other affected nations.
— Javad Zarif (@JZarif) 11 Januari 2020
????
Sementara itu di balik kejadian yang menelan banyak korban ini, istri pilot Ukraine Airliness ini seolah memiliki firasat sebelumnya.
Dikutip dari Sky News pada Senin (13/1/2020), istri pilot pesawat Ukraina sempat melarang sang suami untuk tidak melakukan penerbangan di percakapan terakhir mereka.
Katerina Gaponenko sempat menuturkan kepada suaminya, Volodymyr Gaponenko, agar penerbangan dibatalkan.
Hal ini disampaikan lantaran ia mengetahui adanya kerusuhan yang terjadi antara Iran dan Amerika Serikat yang masih memanas.
"Saya meminta kepadanya jangan terbang, jangan pergi. Namun dia menjawab 'Siapa yang bakal menerbangkannya jika bukan aku?'," ujarnya.
Meskipun demikian, Katerina mengaku masih meminta sang suami agar tidak terbang terlebih dahulu.
"'Jika bukan saya, tidak ada lagi. Pesawat bakal terbang sesuai jadwal.' Saya masih memintanya untuk tidak berangkat," jelasnya.
Katerina pun tak memahami kenapa di situasi genting seperti itu pihak Ukraina masih memberikan lampu hijau bagi pesawat untuk mengudara.
"Saya tidak tertarik siapa yang harus disalahkan. Saya lebih tertarik mengapa mereka (Ukraina) membiarkannya," tandasnya.
(*)
Source | : | sky news |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |