Laporan Wartawan Grid.ID, Septiyanti Dwi Cahyani
Grid.ID - Jepang selalu menyuguhkan hal-hal menarik di dalamnya.
Mulai dari keindahan wisata alamnya, ragam kuliner dan berbagai macam budaya yang unik.
Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki kemajuan luar biasa di bidang teknologi.
Ia menjadi negara yang cukup modern di wilayah benua Asia.
Uniknya, meskipun Jepang telah menjadi negara yang cukup modern ia tak pernah melupakan sisi tradisional yang ada di dalamnya.
(BACA: Di Jepang Selembar Daun Pisang, Bisa Beli 2 Kg Daging Sapi)
Sebagai negara maju, Jepang masih bisa mempertahankan budaya-budayanya agar tak tergilas oleh zaman.
Seperti budaya yang satu ini.
Jepang memiliki sebuah permainan kartu bergambar tradisional yang disebut dengan karuta.
Dilansir dari Wikipedia, permainan ini paling sedikit dimainkan oleh tiga orang.
Termasuk orang yang membacakan kartu.
Karuta sering dimainkan sebagai salah satu tradisi tahun baru Jepang.
Kata karuta sendiri berasal dari kata carta (bahasa Portugis) yang berarti surat, lembaran surat atau kartu.
Karuta merupakan sebuah permainan yang menggunakan satu set kartu.
Setiap satu set kartu terdiri dari yomifuda (kartu untuk dibaca) dan torifuda (kartu untuk diambil).
Setiap kartu yomifuda akan berisi kata-kata untuk dibacakan.
Dalam permainan ini, pembaca kartu juga berperan sebagai wasit dan tidak ikut bermain.
Karuta pertama kali dikenal pada masa Heian.
Di mana awalnya permainan ini merupakan permainan mencocokkan cangkang kerang yang dilakukan pada masa tersebut.
Cangkang atas dan cangkang bawah akan dipisahkan, kemudian diacak untuk dicari pasangannya yang tepat.
Permukaan cangkang kerang akan dilukis dengan gambar agar lebih menarik.
Sementara pada zaman Sengoku, permainan kartu berisi puisi Hyakunin Isshu mulai dimainkan oleh para bangsawan istana.
Dan ini belum menjadi permainan rakyat.
Seiring kemajuan teknik percetakan kayu pada zaman edo, harga kartu untuk bermain karuta jadi lebih terjangkau.
Sehingga rakyat biasa pun terdorong untuk turut memainkan kartu ini.
Dilansir dari berbagai sumber, karuta terdiri dari dua jenis yaitu uta garuta (kartu puisi) dan iroha garuta (kartu iroha).
Satu set uta garuta akan terdiri dari 200 lembar kartu.
Kartu yomifuda yang berisi tanka (puisi) yang berasal dari antologi puisi klasik Hyakunin Ishhu.
Selain itu lembaran kartu ini juga bergambar potret penyair yang menciptakan puisi tersebut.
Sebuah tanka ditulis secara lengkap pada yomifuda, sedangkan torifuda hanya berisi bait bagian bawah tanpa gambar.
Tanka pada masing-masing yomifuda akan dibacakan hingga ada pemain yang menemukan torifuda yang cocok.
Berbeda dengan uta garuta, iroha garuta biasanya dimainkan oleh anak-anak yang baru bisa membaca hiragana (huruf Jepang).
Biasanya, anak-anak bermain iroha garuta untuk belajar mengenal aksara.
Satu set iroha garuta terdiri dari 96 kartu, termasuk yomifuda dan torifuda.
Isi yomifuda adalah peribahasa, sedang torifuda berisi gambar yang cocok dengan isi peribahasa tersebut.
Biasanya satu set torifuda akan dijajarkan di atas tatami agar mudah dilihat dan diambil oleh pemain.
Para pemain akan berlomba untuk menemukan dan mengambil torifuda yang cocok.
(BACA: Sukses Gelar Konser di Jepang, Red Velvet Bawakan Berita Gembira untuk Fansnya)
Sebelum diambil, kartu yang dianggap tepat akan ditepuk dengan telapak tangan.
Kartu yang diambil adalah kartu yang berisi aksara kana (gambar) atau lanjutan tanka yang sedang dibacakan.
Pemenang adalah pemain yang mengumpulkan kartu terbanyak.
Selain pengetahuan tentang tanka, permainan ini juga membutuhkan ketengan dan konsentrasi yang tinggi.
Melalui permainan ini, kita juga bisa sedikit banyak tentang sastra klasik yang ada di Jepang. (*)
Feby Marcelia Kepergok Netizen Jalan Sama Pria Baru padahal Baru Cerai, Revand Narya: Ini Bukti Allah Nggak Tidur
Penulis | : | Violina Angeline |
Editor | : | Violina Angeline |