Puncaknya 2012, Malala yang kala itu berusia 15 tahun diserang saat tengah berada di dalam bis sekolah tak jauh dari kediamannya di kota Swat, basis kelompok militan Taliban.
Ratusan Anak-anak Tewas di Depan Matanya, Begini Kisah Pilu Dokter yang Bertahan di Suriah
Tak tanggung-tanggung, sebuah peluru bersarang di kepalanya.
Sebagian tengkorak kepala Malala pun harus diangkat demi menyelamatkan nyawanya. Otaknya mengalami peradangan.
Pasca jalani masa kritis di rumah sakit militer di Pakistan, Malala diterbangkan ke Inggris guna mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.
Sejak saat itu ia dan keluarganya menetap di Birmingham, Inggris.
Malala Hari ini
Peluru-peluru itu tak lantas membuat Malala gentar.
Paska selamat dari maut yang mengintainya, ia hari ini tetap konsisten menyuarakan hak anak-anak dan perempuan di seluruh dunia.
Bersama sang ayah, Ziauddin, gadis yang kini tengah melanjutkan studi di Universitas Oxford itu mendirikan Malala Fund.
Melalui organisasi nirlaba itu, Malala ingin semua gadis di seluruh dunia mendapatkan akses pendidikan tanpa rasa takut sedikitpun.
2014 lalu, Malala didapuk Nobel Perdamaian sekaligus menjadi orang Pakistan pertama, dan yang termuda sepanjang sejarah penganugerahan Nobel.
Atas perjuangannya yang lantang menyuarakan hak anak dan perempuan, Malala bersama aktivis India, Kailash Satyarthi, bersama-sama diganjar penghargaan Nobel Perdamaian. (*)
Berjuang Halalin Pacar di Jepang dan Sudah Dilamar, Pria Wonogiri Berujung Ditinggal Nikah: Tak Kusangka
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |