Sementara itu, sang pemilik warung berinisial S menyampaikan apabila bakso tersebut dibeli dari pedagang bakso berinisial A di Desa Sukorejo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.
Sementara A juga mengaku telah mengambil bakso dari wilayah Kabupaten Nganjuk.
"Baksonya ngambil, dia nggak produksi. Sudah sekitar dua tahun berjualan, bukanya pagi hingga sore," imbuh pemilik warung.
Sementara itu melansir dari Kompas, kini pihak kepolisian tengah berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) untuk melakukan uji lab dan penelitian.
Menurut hasil penelitian, Polres Madiun memastikan tidak ada kandungan daging tikus dalam pentol bakso yang dijual oleh pedagang di Pilangkenceng, Kabupaten Madiun tersebut.
"Setelah kami ambil sampel pentol bakso dari penjual, sisa yang dimakan konsumen dan penyuplainya di Nganjuk menunjukkan hasilnya negatif. Tidak ada kandungan daging tikus dalam pentol bakso tersebut," kata Kapolres Madiun, AKBP Ruruh Wicaksono.
Sementara itu, Sugeng sang pemilik warung mengaku omzet penjualan kini telah mengalami penurunan drastis sejak video tersebut beredar.
Jika sebelumnya setiap hari Sugeng dapat meraih upah antara 1,5 - 2 Juta sekali dagang, kini menurun drastis.
"Setelah viral, bakso yang saya jual hanya laku Rp 50.000-Rp 70.000. Saya berharap persoalan ini menjadi pelajaran berharga. Saya maafkan semua kejadian itu, lain waktu agar berhati-hati membuat status di media sosial,” ujar Sugeng.
Sugeng pun berterimakasih karena Polresta telah membantu membuktikan bakso yang dijual tak mengandung daging tikus.
Sugeng pun berharap konsumen tak lagi takut untuk kembali membeli bakso yang di jual di warungnya.
(*)
Diminta Nikah Ulang, Mahalini Akhirnya Bongkar Biang Kerok Masalah Pernikahannya Tidak Sah hingga Ditolak Pengadilan: Kesalahan
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Nurul Nareswari |