Di sisi lain, penumpang juga menjalani peran ganda selama masa karantina.
Mereka menjadi staf kabin bagi diri sendiri, mengganti seprai, mencuci pakaian dan membersihkan toilet.
Bantuan sesaat datang tiga kali sehari dengan ketukan di pintu oleh staf yang menggunakan sarung tangan dan masker untuk menyajikan makanan.
Jumlah infeksi
Pada awal pekan lalu, ditemukan sebanyak 10 orang di dalam kapal terinfeksi virus corona.
Hal tersebut menjadi kejutan bagi 2.666 penumpang dan 1.045 kru Diamond Princess.
Pada hari Jumat (14/2/2020), 218 penumpang dan awak telah menunjukkan hasil positif virus corona di antara lebih dari 700 yang telah diuji.
Penumpang dan awak kapal yang tadinya riang, sekarang menjadi tuan rumah bagi satu kelompok kasus virus corona terbesar di luar China.
Lompatan diagnosa positif telah menimbulkan pertanyaan tentang keputusan pemerintah Jepang untuk menjaga semua orang tetap berada di atas kapal.
Ada juga kritik terhadap lambatnya pengujian, meskipun para pejabat mengatakan mereka berharap untuk meningkatkan jumlah tes harian dari 300 menjadi 1.000.
"Di atas kapal, infeksi menjadi sangat padat. Sekarang menyediakan lingkungan yang menguntungkan bagi penyebaran virus dan saya pikir sudah waktunya bagi orang untuk turun," kata Shigeru Omi, Pakar Pencegahan Penyakit Menular dan Mantan Direktur Regional untuk WHO.
"Sepertinya kita melihat versi yang sangat ringkas tentang apa yang bisa terjadi di komunitas lokal," lanjutnya.
Tetapi Jennie Wilson, seorang Profesor Epidemiologi Kesehatan di Universitas London Barat, mengatakan mengisolasi penumpang di kapal tidak jauh berbeda dengan memindahkan mereka ke darat.
"Semakin Anda memindahkan orang, semakin banyak kontak yang mereka miliki dengan orang lain di luar kelompok tersebut maka semakin besar potensi untuk menyebar ke kontak baru," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Penumpang Diamond Princess, Rayakan Valentine di Kapal Berisi Virus Corona"
(*)
Penulis | : | None |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |