Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Seorang ayah di Pekanbaru berinisial HE (38) tega menghabisi nyawa anaknya F (3) secara sadis.
Kasus pembunuhan ini terjadi pada Senin (17/2/2020) di Jalan Cipta Karya, perumahan Griya Cipta, Gang Anturium, Kelurahan Sialang Munggu, Kecamatan Tampan.
Melansir dari Kompas.com pada Rabu (19/2/2020), Kasubag Humas Polresta Pekanbaru Ipda Budhia Diandha menyampaikan bahwa pelaku membunuh anak kandungnya karena mengaku mendapat bisikan gaib.
"Pelaku mengaku membunuh anaknya setelah melakukan ritual pengusiran setan, apabila anaknya dibunuh, maka istrinya yang dimasuki setan akan bisa sembuh," ungkap Budhia Diandha.
Dari hasil pemeriksaan lebih lanjut, HE mengaku membunuh anaknya dengan cara melilit leher sang bocah menggunakan kawat hanger.
Selain itu, HE juga menyumpal mulut anaknya menggunakan kertas Alquran sampai penuh.
"Korban lalu diangkat ke meja makan. Pelaku kemudian mengambil plastik yang sudah disulut api, dan dibakar ke sobekan Alquran dalam mulut korban. Sampai akhirnya korban tidak bisa bernafas dan meninggal dunia," urai Kapolsek Tampan, AKP Juper Lumban Toruan dikutip Grid.ID dari Tribun Pekanbaru.
Saat melilitkan kawat hanger di leher anaknya, pelaku mengaku memiliki alasan tersendiri.
"Alasannya supaya jasad anak ini tidak dilarikan oleh kuntilanak," ungkap Juper.
"Pada saat melakukan perbuatan itu, dia ngakunya tidak sadar. Tapi sejauh ini kalau kita lihat mimik wajahnya, tenang saja. Tidak ada seperti merasa bersalah," tambahnya.
Sementara itu, Jumini selaku istri HE, mengaku mengetahui peristiwa yang dilakukan suaminya.
Namun Jumini mengaku takut kepada suaminya jika melakukan pertolongan untuk anaknya.
"Anak yang dua lagi juga ada. Mereka dipaksa tidur. Anaknya yang paling besar, ngaku mendengar adiknya menjerit jeritan kesakitan. Tapi saat bangun, dilarang bapaknya (pelaku)," urai Juper.
Sementara itu, Psikologi Violetta Hasan Noor menyebutkan bahwa pelaku pembunuhan anak di Jalan Cipta Karya, Kota Pekanbaru harus menjalani tes psikologi secara menyeluruh.
"Untuk memastikan ada kelainan kejiwaan perlu ada tes. Kita tidak bisa percaya pelaku dapat bisikan atau seperti apa. Bisa saja pembelaan diri," paparnya.
Menurut Violetta Hasan Noor, sisi kejiwaan pelaku bisa dilihat dari personalnya.
"Kalau dia punya masalah kejiwaan, bisa terlihat tidak ada tampak penyesalan atau rasa bersalah dalam dirinya," ulasnya
Selain itu, pelaku dikhawatirkan memiliki kecenderungan schizophrenia atau psikopat.
Baca Juga: Aming Ungkap Kronologi Meninggalnya Ashraf, Bunga Citra Lestari Kini Trauma Tidur di Kamarnya
Kondisi ini bisa saja membuat pelaku melalukan hal serupa berkali-kali.
"Saat membunuh bisa saja memperoleh kenikmatan atau kekuasaan," ulasnya.
Violetta pun mendorong agar keluarga tetap melakukan pendampingan pada anak-anak yang lain agar tidak trauma.
"Keluarga korban perlu dukungan lingkungan. Kalau anak trauma harus mendapat trauma healing, agar tidak trauna mendalam," ulasnya.
Selain itu, ia juga menilai kondisi trauma bisa mempengaruhi psikologi anak-anak yang lain di kemudian hari.
"Maka anak-anak pelaku harus dapat pendampingan, agar tidak mengalami trauma," jelasnya.
(*)
Kronologi Siswa SMA Ditendang Polisi sampai Tewas, Harapannya untuk Jadi Anggota TNI Pupus
Source | : | Kompas.com,Tribun Pekanbaru |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |