Lalu, apa yang dilakukan Nunung?
“Setiba di rumah duka, aku segera duduk bersimpuh di dekat mayat yang sudah dikafani,” kisah Nunung.
Kata Nunung, kebiasaan di Jawa, di dekat mayat selalu ada kemenyan yang dibakar di atas bara api yang ditempatkan di anglo.
Baca Juga: Sedang dalam Masa Rehab, Nunung Justru Plesiran ke Solo, Kangen Kampung?
“Tanpa dikomando, aku selalu mengambil alih tugas orang yang mengipasi kemenyan itu, sampai mayatnya dibawa ke pemakaman,” tambah Nunung.
Selanjutnya, Nunung akan membersihkan apa saja, mulai menyapu halaman, mencuci piring, panci, dan sebagainya.
“Aku tak peduli seberapa luas halaman atau banyaknya cucian alat-alat dapur,” ujar Nunung.
Baca Juga: Nunung Ungkap Pesan Sabu Tiga Kali Dalam Sebulan Kepada Kurirnya
Melihat ulah Nunung itu, biasanya orang yang tak mengenal dirinya akan bertanya-tanya. Tapi Nunung tak memedulikan itu.
Nunung bilang, “Aku juga tidak akan beranjak dari rumah itu sebelum diberi upah.”
Biasanya Nunung dapat seratus rupiah atau lebih. Begitu dapat upah, Nunung baru kembali ke rumah.
“Sebagian uang itu kubagikan untuk saudara-saudaraku. Mereka butuh uang untuk bayar sekolah atau sekadar uang saku,” pungkasnya. (SuryaMalang.com/Sarah Elnyora)
Baca Juga: Penjaga Rumah Sebut Nunung Pulang ke Solo pada Hari Rabu, Dirut RSKO: Dia Pergi Hari Kamis
Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Kisah Masa Kecil Nunung Terpaksa Jadi Penunggu Mayat 7 Tahun Demi Mengais Rezeki, Penuh Perjuangan
(*)
Berjuang Halalin Pacar di Jepang dan Sudah Dilamar, Pria Wonogiri Berujung Ditinggal Nikah: Tak Kusangka
Source | : | suryamalang |
Penulis | : | None |
Editor | : | Puput Akad Ningtyas Pratiwi |