Foto yang bagus akan membuat mereka merasa senang dan jumlah like yang banyak juga akan membuat mereka merasa lebih baik.
Hal ini tentunya menciptakan dorongan dopamin dan segera setelah itu, mereka akan kecanduan terhadap siklus ini.
Baru-baru ini, American Psychiatric Association (APA) telah membentuk gangguan mental baru yang disebut ‘selfitis’.
(BACA JUGA: 5 Kesaksian Hesty, Pacar Bos First Travel, Mulai Hubungan Lesbi sampai Umrah Bareng )
APA menyatakan bahwa pengambilan foto obsesif dan posting adalah cara untuk mendapatkan perhatian dan mengimbangi rendahnya harga diri.
Banyak ilmuwan merasa bahwa posting selfie ekstrim adalah tren yang memprihatinkan.
Memosting selfie yang berlebihan bisa disamakan dengan berjudi, minum dan bahkan seks.
Mereka memiliki potensi yang sama karena bisa menjadi adiktif.
(BACA JUGA: Ahok dan Veronica Tan Resmi Bercerai, Apa Dampak Perceraian Bagi Anak? )
‘Selfitis’ telah dikaitkan dengan narsisisme dan kurangnya pertimbangan untuk orang lain.
“Bendera merah dinaikkan jika lebih dari separuh foto adalah foto selfie dan kamu menggunakan filter untuk menjadikan dirimu terlihat lebih baik,” ungkap Dr. Ramani Durvasula, seorang profesor psikologi di California State University Los Angeles.
Jika kamu menemukan dirimu tenggelam dalam dunia posting selfie obsesif ini, mungkin saatnya kamu untuk introspeksi. (*)
Penulis | : | Yuliana Sere |
Editor | : | Yuliana Sere |