Grid.ID - Tukilah, nenek tua dengan keriput dalam, warga Dusun Clapar 2, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.
Ia berdiri di balik meja di pinggir jalan di Dusun Clapar 1 sambil sibuk memenuhi sebuah mangkuk bakso dengan racikan cendol dawet, santan, dan air gula kelapa.
Tapi, tunggu dulu. Racikan Tukilah belum selesai. Ia masih menambahkannya dengan racikan lain.
Ia menambahkan rajangan kubis, sejumput tauge, dan taburan seledri di atas dawet berkuah santan campur gula merah.
(Cerita Mulan Jameela Saat Mendarat di Muskat)
Sentuhan terakhir, Tukilah menyendok sambal ke dalam mangkuk. "Semene iki telung ewu (sebanyak ini Rp 3.000)," kata Tukilah.
Ia di situ menunggu dagangannya sepanjang Pesta Adat Nawu Sendang Sumber Rejo di Dusun Clapar.
" Dawet sambal namanya," kata Tukilah. Ia sudah menjual penganan ini bertahun-tahun lamanya.
Di mana ada keramaian di sekitar Hargowilis, Tukilah selalu ada untuk jualan serupa. Khususnya di sekitaran Clapar.
(Playa del Amor, Surga Tersembunyi di Meksiko Bikin Kamu Baper)
Dawet sambal memang mirip saja dengan dawet pada umumnya. Cendol putih dibikin dari tepung pati ganyong.
Cara menyajikannya tak beda dengan dawet pada umumnya, yakni dicampur santan dan gula merah.
3 Bulan Nunggak SPP, Siswa SD Duduk di Lantai Jadi Tontonan Teman Sekelas, Pagi sampai Siang Tak Boleh Duduk di Bangku
Penulis | : | Nailul Iffah |
Editor | : | Nailul Iffah |