Derita sudah naik seleher, saat harga tanah kian tidak masuk akal, pendapatan pas-pasan, dan kebutuhan hidup kian hari kian mencekik, pemerintah merubuhkan paksa rumah yang dibangun dengan piyuh keringat warganya sendiri
Grid.ID - Rumah, siapa yang tidak ingin memilikinya?
Hari ini, memiliki rumah bukanlah perkara yang mudah.
Saat harga tanah kian tidak masuk akal, dan gaji di kantor tetap saja pas-pasan, kebutuhan hidup kian hari kian mencekik.
Tidak sedikit orang khawatir kesulitan memiliki salah satu tolak ukur kebahagiaan masyarakat urban ini.
Lalu, bagaimana jika seseorang telah memiliki cukup akses membangun rumah namun digusur (baca: dirampas paksa) oleh pemerintah?
Derita sudah naik seleher, itulah yang dirasakan banyak orang di banyak lahan konflik agraria.
Dari masyarakat Kulonprogo yang mendadak digusur demi pembangunan bandara NYIA (New Yogyakarta International Airport) -- hasil proyek kongkalikong presiden, Sultan Hamengkubuwono X dan Angkasa Pura - - hingga masyarakat adat Kalimantan dan Papua yang tidak menjadi tuan rumah atas tanahnya sendiri.
Hal yang sama dirasakan seorang warga negara yang rumahnya dirubuhkan paksa oleh pemerintah Tiongkok ini.
Nyaris Diamputasi, Seorang Wanita Sembuhkan Kakinya Gunakan Gula, Pakar Kesehatan Beri Jawaban
Rumah yang tengah dalam proses pembangunan itu berada di atas lahan sempit berukuran 100 meter persegi di wilayah Xinyi, Maoming, provinsi Guangdong, Tiongkok.
Nasib Daro Seri Vida, Crazy Rich Malaysia, Terlilit Utang Rp 3,7 Miliar sampai Barang-barang Mewahnya Disita
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |