Usaha pelurusan sejarah, betapapun pahitnya merupakan satu-satunya cara untuk mengobati luka para korban, keluarga dan kemanusiaan itu sendiri
Grid.ID - Selama bertahun-tahun, dokter spesialis anak, Hans Asperger dikenal atas dedikasinya di dunia pediatri (ilmu kedokteran anak).
Namun tidak banyak yang tahu, Hans Asperger yang namanya diabadikan menjadi nama sebuah gejala penyandang kebutuhan khusus, sindrom Asperger ternyata terlibat aktif dalam program euthanasia yang digalakkan Nazi, tulis sebuah studi di jurnal Molecural Autism.
Program euthanasia merupakan program pembunuhan massal yang menyasar orang-orang berkebutuhan khusus, dan penyandang disabilitas di era Nazi.
Cacat Perang dan Keberhasilan Transplantasi Skrotum Pertama di Dunia
Sejarawan medis dan penulis, Herwig Czech dari Universitas Kedokteran Wina menulis, Hans Asperger bertanggung jawab penuh atas ratusan anak disabilitas yang dipenjara dan dijadikan kelinci percobaan di klinik milik Nazi, Am Spiegelgrund di Wina.
Sekitar 800 anak tercatat tewas disuntik, diracuni dan dibiarkan mati kelaparan di ruang jagal berkedok rumah sakit milik Nazi itu.
Penelitian yang memicu 'percakapan besar'
Penelitian ini menantang narasi akademis yang menahun mencatat Hans Asperger sebagai salah seorang yang menentang rezim Nasional-Sosialis itu.
Studi itu menulis, meski Hans Asperger tidak pernah bergabung dengan Nazi, ia tercatat sebagai anggota beberapa organisasi yang berafiliasi dengan partai pimpinan Adolf Hitler itu -- menilik data pribadi Asperger, penuturan sejumlah otoritas Nazi, serta catatan dari berbagai sumber.
"Karir Hans Asperger melesat dan cemerlang saat rezim Nazi berkuasa, terlepas dari jarak ideologi dan politik yang ia akui" tulis Czech.
Carol Povey, direktur National Autistic Society's Centre of Autism di Inggris mengungkapkan, menilai kembali peran Asperger akan menciptakan diskusi yang intens antara para penyandang sindrom Asperger dan keluarga mereka.
"Kami berharap temuan ini dapat memicu diskusi besar terutama bagi mereka yang intens dengan isu terkait sindrom Asperger" ujar Povey.
Meski demikian, Povey berharap para penyandang sindrom Asperger dan keluarga tidak perlu terbebani dengan adanya 'usaha pelurusan sejarah' ini.
"Jelas, tidak seorang pun dengan sindrom Asperger harus terbebani akibat pelurusan sejarah yang cukup mengganggu ini" tambah Povey.
Sebuah Pameran Mengungkap Kisah Anne Frank dan Sahabat Pena-nya di Amerika Serikat
Istilah sindrom Asperger pertama kali diperkenalkan tahun 1981 oleh Dr. Lorna Wing.
Penyandang sindrom Asperger dikategorikan sebagai mereka yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata namun memiliki kesulitan bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain.
Para peneliti di Molecural Autism menduga saat mengabadikan nama Hans Asperger dalam sindrom itu, Dr. Lorna Wing tidak menyadari hubungan erat Asperger dengan Nazi dan tanggung jawab Asperger atas kasus pembunuhan massal dalam program euthanasia. (*)
5 Tips Liburan Bareng Teman yang Gampang Kedinginan, Pastikan Bawa Minuman Hangat ya!
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |