Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Keributan antara keluarga pasien dengan sejumlah petugas medis rumah sakit di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, tak dapat dihindari.
Keluarga menilai SOP yang dilakukan pihak rumah sakit dalam menangani R (37) sudah berlebihan.
"Cuma digigit lebah kenapa harus diisolasi. Katanya kena corona padahal cuma digigit lebah," kata adik korban, Ahmad Risaldi (19), seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Risaldi menjelaskan, kakaknya yang sehari-hari berprofesi sebagai sopir angkutan antar daerah tersengat lebah di bagian kening hingga mengalami pembengkakan pada Sabtu (04/04/2020).
Korban kemudian dilarikan ke RSUD Lamaddukelleng Sengkang dan langsung masuk ke ruang isolasi Covid-19, Senin (06/04/2020) pukul 16.00 Wita.
Kabar ini telah dikonfirmasi oleh Kanit Reskrim Polsek Tempe, Iptu Chadra Said Nur.
"Informasi yang kami dapatkan dari dua orang saksi menyatakan bahwa korban sebelumnya disengat lebah hutan saat memperbaiki mobilnya di sekitar SMP Negeri 6 Sengkang,"
"Korban mengalami pembengkakan pada bagian wajah sehingga dua hari selanjutnya dilarikan ke rumah sakit sebab pembengkakan pada wajah tidak menurun" kata Chadra.
Pihak rumah sakit sendiri mengaku mengisolasi korban lantaran memiliki riwayat perjalanan ke wilayah terpapar virus corona.
Apalagi saat dilarikan ke rumah sakit keadaan korban mengalami gejala Covid-19.
"Saat tiba di rumah sakit pasien mengalami demam dan pernah melakukan perjalanan ke Kota Makassar,"
"Jadi seluruh yang kami lakukan telah melakui standar prosedur tetap (SOP) sebagaimana penanganan pasien Covid-19," kata drg. Andi Ela Hafid, Direktur RSUD Lamaddukelleng Sengkang.
Hingga pada siang harinya, pihak rumah sakit menyatakan korban sudah meninggal dunia.
Keluarga korban yang mengetahui hal ini pun langsung mengamuk lantaran hanya bisa memandangi jenazah korban dari balik kaca ruang isolasi Covid-19.
Jenazah korban kemudian dimakamkan di TPU daerah setempat pada Selasa (07/04/2020).
Baca Juga: Arist Merdeka Sirait Diberi 60 Pertanyaan Terkait Misteri Kematian Anak Tunggal Karen Pooroe
Kasus Lain
Sebelumnya, kasus serupa juga pernah terjadi di Medan.
Seorang anggota Dewan Perwakilan Raykat Daerah (DPRD) Medan bernama Edi Saputra marah-marah dan mengamuk kepada polisi lantaran tak terima jenazah temannya dimakamkan layaknya penderita Covid-19.
Melansir dari TribunMedan.com, kejadian ini terjadi di rumah rekan Edi di Jalan Air Bersih, Kota Medan, Senin (30/03/2020).
"Tadi Pak Kapoltabes sudah menelepon saya, bukan Abang (polisi),"
"Cara Abang (polisi) salah! Nanti Abang kutuntut. Nggak ada prosedurnya begitu," begitu katanya.
Aksi tak terpuji yang dilakukan Edi bahkan sempat terekam dalam video berdurasi sekitar 6 menit itu.
Saat itu, Edi sampai berkali-kali memperkenalkan dirinya sebagai anggota DPRD Medan yang tak takut mati karena corona.
Ia bahkan sempat mengancam seorang pria berbaju ASN Pemko Medan karena tidak mendukungnya.
"Kami panggil kalian nanti, berlebihan kalian itu, jangan begitu, aku aja gak takut mati,"
"Kenapa kalau mati, matinya itu (corona). Tembah aja kami biar mati. SIapa bilang positif (corona), kalian aja polisi," teriak Edi.
Edi pun menantang supaya memberinya virus corona untuk dia telan sebagai bukti.
"Sini virus coronanya, biar saya telan," ujarnya menantang.
(*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Nurul Nareswari |