Terkait hal tersebut, Grid.ID melansir dari Kompas.com, seorang peneliti angkat bicara.
Dr.Eng. Muhamad Nasir, Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB ) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang saat ini juga tengah melakukan penelitian terkait teknologi untuk masker.
Pihaknya menjelaskan bahwa pada dasarnya pengujian kinerja utama pada masker dilakukan melalui beberapa tahapan yakni:
- Uji filtrasi bakteri (bactrial filtration efficiency).
- Uji filtrasi partikulate (particulate filtration efficiency).
- Uji permeabilitas udara dan pressure differential (breathability dari masker).
Baca Juga: Raffi Ahmad Mengaku Sempat Bosan dengan Rumah Tangganya, Nagita Slavina: Nggak Cari yang Lain?
Adapun pengujian secara ditiup sebetulnya hanya menunjukkan permeabilitas udara yang mengalir, semakin besar pori bahan suatu masker maka permeabilitas atau aliran udara semakin besar.
Meski demikian, dia sepakat jika cara tersebut tetap dapat dipakai masyarakat untuk menguji kualitas masker yang mereka beli.
“Iya (cara yang dapat dipakai), itu sebagai indikator awal saja,” jelasnya pada Selasa (14/04/2020).
Dia juga menyampaikan masker kain dengan bahan yang lentur seperti scuba, pada saat dipakai akan terjadi streching atau perenggangan bahan sehingga kerapatan dan pori kain membesar serta membuka yang mengakibatkan permeabilitas udara menjadi tinggi.
Baca Juga: Benarkah Menyentuh Puting Pria Dapat Membuat Pasangan Lebih Bergairah? Simak Faktanya!
5 Arti Mimpi Diet Belum Tentu Pertanda Baik, Berhati-hatilah, Simak Penjelasannya
Source | : | |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |