Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – R.A. Kartini dikenal sebagai pahlawan perempuan Indonesia yang berjuang mengangkat derajat kaumnya.
Perempuan yang lahir di Jepara pada 21 April 1879 ini aktif memperjuangkan kesetaraan hak perempuan yang sebelumnya hanya dipandang sebagai "pendamping" laki-laki.
Berkat kegigihannya, dia mendirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini (Sekolah Kartini) di Semarang pada tahun 1912, kemudian menyusul Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya.
Dalam kungkungan adat Jawa yang dinilai tidak berpihak kepada perempuan, ia tetap rajin belajar dan menulis surat kepada rekan-rekannya di Eropa.
Surat-surat tersebut berisikan pemikiran-pemikiran Kartini tentang kondisi sosial saat itu dengan harapan dan keinginan akan perubahan.
Hingga kemudian surat-surat tersebut dikumpulkan menjadi beberapa buku, salah satunya berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang.”
Selain Kartini, ada beberapa tokoh perempuan Indonesia yang memperjuangkan hak-hak bagi kaumnya.
Para perempuan ini gigih memperjuangkan kesetaraan hak perempuan terutama di bidang pendidikan.
Lantas, siapa saja mereka?
Berikut ini empat tokoh perempuan Indonesia selain Kartini yang juga memperjuangkan hak-hak bagi kaumnya.
Tokoh asal Sumatera Barat ini muncul di jaman pemerintahan Hindia Belanda.
Ia gigih memperjuangkan hak-hak kaum wanita, sekalipun harus dibui pemerintah kolonial kala itu.
Dia mendirikan sekolah Thawalib di Padang dan dikenal sebagai orator ulung.
Kebanyakan pidatonya menyinggung penindasan pemerintah Belanda pada 1930.
Ketajaman kritik itu membuatnya sempat ditangkap dan dipenjara pada 1932.
Baca Juga: Hari Kartini, Aura Kasih Ajak Perempuan Indonesia untuk Berdoa Lawan Corona
Dia menjadi perempuan pertama Indonesia yang terkena hukum Speek Delict, hukum kolonial Belanda yang menyatakan seseorang bisa dihukum karena berbicara menentang Belanda.
Rasuna aktif di pergerakan dan pernah menduduki jabatan sebagai anggota DPR-RIS.
Sepanjang hidupnya, ia terus berusaha memperjuangkan persamaan hak-hak perempuan dan bangsanya yang ditindas oleh penjajah.
Kemampuan orasinya diimbangi dengan menulisnya yang tajam.
Selepas dari penjara, dia tak berhenti berjuang.
Dia didapuk menjadi pemimpin redaksi Majalah Raya pada 1935.
Namun, karena ruang geraknya dipersempit Belanda dan tidak ada dukungan dari sejawat organisasinya, dia memilih pindah ke Medan, Sumatera Utara.
Soekarno pernah mengundangnya untuk menjadi penengah ketegangan dengan Achmad Husein dan Sjafruddin Prawiranegara
Konon, Bung Karno ingin meyakinkan bahwa gerakan PRRI yang dipimpin oleh mereka berdua tidak akan berhasil.
Rasuna Said diundang karena menjadi contoh pejuang yang tetap mendukung tegaknya republik yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Pada 13 Desember 1974 melalui surat keputusan presiden dirinya diberi gelar pahlawan.
HR Rasuna Said dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dan namanya abadi.
Maria Walanda Maramis merupakan tokoh perempuan yang dikenal dengan usahanya untuk mengembangkan keadaan wanita di Indonesia pada awal abad ke-20.
Maria menikmati masa kecil di desanya, Kema.
Namun, suatu hari wabah kolera menyerang desa tersebut.
Banyak penduduk yang meninggal, termasuk ayah dan ibu Maria.
Maria yang ketika itu berusia enam tahun beserta dua saudara kandungnya menjadi yatim piatu.
Impian utama dari tokoh perempuan asal Sulawesi Utara ini adalah pemberdayaan perempuan baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, maupun politik.
Pada usianya yang ke-18, Maria dilamar Jozef Frederik Calusung Walanda, seorang guru yang menempuh pendidikan di Ambon.
Jozef merupakan suami yang suportif dan mendorong kemauan Maria untuk belajar.
Sejak menikah dengan Jozef, nama Maria menjadi Maria Walanda Maramis.
Jozef mengajari Maria bahasa Belanda dan membelikan buku-buku yang penting.
Maria mulai berpikir untuk membebaskan kaum perempuan dari cengkeraman adat yang tidak menguntungkan dan dari pola pendidikan Belanda.
Pada 8 Juli 1917, Maria berhasil mendirikan perkumpulan perempuan yang diberi nama Percintaan Ibu kepada Anak Temurunnya, disingkat PIKAT.
Maria dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan, dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan.
Menurut Nicholas Graafland, dalam sebuah penerbitan "Nederlandsche Zendeling Genootschap" tahun 1981, Maria sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa yang memiliki bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapun juga dan untuk mengembangkan daya pikirnya.
Ia bersifat mudah menampung pengetahuan sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki.
Maria juga memperjuangkan agar perempuan diberi suara dalam urusan kenegaraan serta diberi tempat di Dewan Kota.
Kiprahnya menyangkut vrouwenkiesrecht, hak pilih dan dipilih bagi perempuan.
Ia menulis banyak artikel tentang ini yang dimuat di koran setempat.
Usahanya berhasil, pada 1921 datang keputusan dari Batavia yang memperbolehkan perempuan memberi suara dalam pemilihan anggota Minahasa Raad.
Setelah itu, kondisi fisik Maria menurun.
Ia meninggal karena sakit pada 22 April 1924 dalam usia 52 tahun.
Setelah Maria berpulang, banyak kemajuan yang dicapai bangsa kita, khususnya yang menyangkut perwujudan cita-citanya.
PIKAT maju pesat, pada 1930-an, perempuan diberi kesempatan untuk duduk dalam Locale Raden atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Maria diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 20 Mei 1969.
Dewi Sartika merupakan tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan di Indonesia.
Perempuan kelahiran Bandung, 1884 ini mempunyai semangat untuk memperjuangkan kalau perempuan juga bisa mendapat kesempatan untuk belajar dan mendapat pengetahuan.
Dewi mendirikan Sakola Istri pada 1904.
Ia mengajarkan dan memberikan pengetahuan kepada para perempuan pada masanya kala itu.
Cut Nyak Dhien adalah pahlawan perempuan Indonesia yang turut andil memperjuangkan Indonesia mengusir penjajah.
Perempuan asal Aceh yang lahir pada 1848 ini membuktikan bahwa kaum perempuan juga bisa turut serta berjuang melawan penjajahan.
Emansipasi wanita sebenarnya sudah mulai terlihat di jaman ini.
Bentuk perjuangannya adalah dengan menggunakan senjata melawan penjajah.
(*)
Innalillahi, Raffi Ahmad Tumbang saat Ramadhan, Bagaimana Kondisi Suami Nagita Slavina sekarang?
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |