Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Belum lama ini ribuan ubur-ubur dikabarkan tengah menyerbu dan memenuhi perairan di sekitar PLTU Probolinggo.
Tepatnya di perairan di PLTU Paiton 1 dan 2 di area pembangit listrik yang dikelola anak Perusahaan PLN PJB (Pembangkit Jawa-Bali)
Mengutip informasi dari Antara pada Kamis (30/4/2020), anak Perusahaan Listrik Negara (PLN) PJB itu telah menginformasikan bahwa ribuan ubur-ubur yang memenuhi perairan di sana sudah ditangani.
Sehingga kondisi kelistrikan di sana dalam keadaan aman tanpa adanya gangguan dari ubur-ubur.
Pihak PLN juga menyampaikan apabila hal ini juga pernah terjadi pada tahun 2016 lalu.
Namun kali ini pihak PLN berhasil mengantisipasi dan mempersiapkan penanganan untuk menjaga keberlangsungan penyediaan listrik, hususnya pada pembangkit listrik yang memiliki daya 800 MW agar tidak terganggu.
General Manager PT PJB Pembangkitan (UP) Paiton 1-2 Mustafa Abdillah, memastikan dengan menggunakan metode kehati-hatian dan ramah lingkungan ribuan ubur-ubur itu telah ditangani.
Selain menjaga biota laut ini, pihaknya juga memastikan ubur-ubur tersebut tidak akan masuk ke dalam mesin pembangkit.
Akhirnya ubur-ubur berhasil dikendalikan dengan menggunakan jaring sebanyak tiga lapis di dekat mesin.
Letak jaring pengaman berada di canal intake, mesin pompa dan depan area mesin.
Nelayan sekitar juga digandeng untuk membantu penanganan dengan menggunakan 7 prahu selama 24 jam dengan 15 personil.
Sementara itu melansir dari Kompas, Peneliti Pertama dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Oksto Ridho Sianturi menyebutkan bahwa fenomena munculnya ribuan ubur-ubur ini dipengaruhi oleh faktor kondisi perairan yang cocok untuk ubur-ubur bertumbuh.
Oksto Ridho Sianturi juga menjelaskan bahwa fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan di luar negeri.
"Fenomena ledakan ubur-ubur ini akhir-akhir semakin sering terjadi, baik di Indonesia maupun di negara lain. Tapi, ledakan ini tidak memberikan tanda-tanda tertentu," ujar Ridho saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/4/2020).
"Ledakan ubur-ubur ini dipengaruhi oleh faktor kondisi perairan yang cocok untuk ubur-ubur bertumbuh," sambungnya.
Menurutnya, ada faktor-faktor lain yang juga berpengaruh.
Di anataranya eutrofikasi (pengayaan nutrien di dalam air), perubahan iklim global, penangkapan ikan berlebihan dan invasi alien spesies.
Terkait kemunculan ribuan ubur-ubur di Probolinggo dan di perairan sekitar Jakarta, Ridho mengatakan, fenomena tersebut dimungkinkan memiliki pola.
"Selama 2 tahun terakhir di bulan Oktober terdapat ledakan ubur-ubur Phylloriza (spotted jelly) dan Catostylus (blubber jelly) di teluk Jakarta. Mungkin ini kasus yang lebih terpola," ujarnya.
Lebih lanjut pola yang terbentuk setiap bulan Oktober selama 2 tahun terakhir terjadi di teluk Jakarta.
Sementara pola yang terbentuk di Probolinggo terakhir kali terjadi pada 2016, 1986, 1981, dan 1973 pada bulan April, Mei, dan Juni.
Kesimpulan yang dapat diambil dari rekapan tersebut yakni kejadian ledakan ubur-ubur di Probolinggo terjadi dari rentang 2016-1986.
Hingga kini Ridho pun masih menghimpun sejumlah data terkait fenomena ubur-ubur tersebut.
Namun di sisi lain, fenomena ribuan ubur-ubur ini disinyalir terjadi sekali dalam setahun untuk tiap lokasi.
"Probolinggo tiap bulan April-Juni, kemudian selatan Jawa Juni-Agustus, di teluk Jakarta tiap bulan September-November," pungkasnya.
(*)
Tangis Nunung Pecah saat Singgung Soal Kariernya di Dunia Hiburan, Sebut Perannya Kini Sudah Tergantikan
Source | : | Kompas.com,ANTARA News |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Nesiana Yuko Argina |