Lebih lanjut ia mengingatkan, menjadi seorang YouTuber janganlah hanya memikirkan bagaimana membuat konten menarik.
"Harus juga melihat dari sisi moralnya. Jangan sampai membuat sesuatu yang tidak berguna untuk orang lain, (jangan) hanya melihat punya follower banyak," ujar psikolog yang juga akrab disapa dengan Bunda Romi ini.
Baca Juga: Tampang Memelas, Begini Penampkan Ferdian Paleka Saat Ditangkap Polisi
Seorang YouTuber atau seorang vloger memang harus berpikir out of the box agar selalu menghasilkan karya yang kreatif dan disukai orang sehingga orang-orang bersedia mengikutinya.
Namun ada batasan atau norma-norma yang juga harus dipenuhi, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Dari kasus Ferdian, pihaknya berharap dapat dijadikan pembelajaran tersendiri bagi masyarakat.
"Jangan karena dia bisa bikin sesuatu yang viral kemudian kita jadi follower-nya. Karena begitu seseorang sudah punya nama, punya follower banyak, harusnya perilakunya itu sudah memberikan contoh yang baik untuk orang-orang yang memfollownya," terang dia.
Lebih lanjut ia menuturkan pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna sehingga ketika kita mengagumi seseorang harus pandai-pandai dalam melihat sisi-sisi positif orang yang kita kagumi atau kita ikuti untuk dijadikan contoh.
Sehingga tidak semua hal dalam kegiatan dan tindakannya tersebut dapat semua diikuti.
"Karena terbukti ada banyak orang yang kita anggap luar biasa ternyata ada juga tindakannya yang tidak pantas dan patut dicontoh. Jadi jangan mengambil orang itu secara menyeluruh, tapi lihat yang positifnya seperti apa," imbuh dia.
(*)
Dinikahi Bangsawan Bali, Happy Salma Alami Culture Shock Ini: Saya Pikir Hanya Ada dalam Cerita
Source | : | Kompas.com,Serambinews.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nesiana Yuko Argina |