Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Lebaran adalah salah satun momen bahagia bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Selain akan kembali fitrah, di momen ini pula keluarga akan kembali berkumpul dan saling memaafkan satu sama lain.
Meski untuk lebaran 1441 H ini akan terasa sedikit berbeda, karena momen silaturahim sebagian besar akan dilakukan secara virtual akibat pandemi corona.
Baca Juga: Mantan Personil 4Minute Tandatangani Kontrak dengan Agensi Baru Sebagai Seorang Aktris!
Namun, tentu tidak mengurangi nilai di dalamnya.
Beberapa makanan yang kerap disajikan saat momen lebaran adalah opor dan rendang .
Kedua makanan ini memang sangat ikonik dan menjadi hidangan wajib ketika Idul Fitri tiba.
Saat Lebaran, opor dan rendang ini biasanya dibuat dalam jumlah besar untuk bisa disantap bersama keluarga besar, bukan?
Tapi sayang, hidangan opor dan rendang tersebut terkadang tidak langsung habis, kemudian dijadikan lauk dalam beberapa hari ke depan.
Ketika hendak disajikan, kedua makanan ini pun biasanya lebih dulu dipanaskan di atas api dengan maksud membuatnya kembali nikmat.
Proses pemanasan bahkan bisa dilakukan beberapa kali atau secara berulang-ulang menyesuaikan dengan kondisi maupun ketersediaan opor dan rendang itu.
Proses pemanasan kerap kali baru akan dihentikan apabila kedua makanan itu basi atau mau habis.
Baca Juga: Bebas dari Penjara Tanpa Sambutan Ibunda, Roro Fitria Curhat Beratnya Hidup Setelah Ibunya Meninggal
Padahal hal tersebut tidak baik untuk kesehatan.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, seorang ahli Gizi RS Indriati Solo Baru, Rista Yulianti Mataputun, S.Gz., menjelaskan alasannya.
Menurut dia, opor dan rendang termasuk makanan yang dibuat dari campuran santan.
Baca Juga: Viral Konten Selebgram Nikah Muda dan Dinilai Romantisasi Pernikahan Anak, KPAI: Jangan Viralkan!
Hal inilah yang membuat opor dan rendang tak dianjurkan untuk dipanaskan berkali-kali.
Dia menerangkan, santan sebenarnya masuk dalam kategori lemak baik.
Santan kelapa mengandung asam lemak dan triliserida yang mudah dibakar oleh tubuh.
Baca Juga: Roro Fitria Mengaku Pernah Jadi Finalis Puteri Indonesia, Ruben Onsu: Kok Bisa?
Namun, jika dipanaskan atau dihangatan, berulang kali, lemak pada santan tersebut sayangnya bisa berubah menjadi lemak jenuh.
Lemak jenis ini diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat atau low-density lipoprotein (LDL) di dalam tubuh, sehingga meningkatka pula risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah hingga penyakit jantung.
“Jika masakan yang mengandung santan ini dipanaskan berkali-kali, akan menimbulkan lapisan minyak. Inilah yang menyebabkan masakan tersebut menjadi berbahaya,” jelas Rista, Selasa (19/5/2020).
Selain itu, dia menganjurkan, memasak makanan yang mengandung santan sebaiknya jangan terlalu lama.
Sama halnya dengan memasak berulang kali, memasak santan terlalu lama bisa juga menjadikan santan tersebut menjadi sumber lemak jenuh.
“Santan sebaiknya dimasukkan terakhir (ke panci atau wajan) atau yang terpenting jangan dibiarkan terlalu lama dipanaskan,” jelas dia.
Baca Juga: Dituduh Melakukan Kekerasan Pada Anak Tiri, Lee Sachi Angkat Bicara
Rista memaklumi banyak orang pernah memanaskan opor dan rendang, terutama saat Lebaran tiba.
Hal itu dilakukan untuk mencegah tindakan mubazir karena membuang makanan.
Dia pun berpendapat, dalam sebulan, boleh saja memakan opor atau rendang yang dipanaskan maksimal sebanyak 3 kali.
Baca Juga: Panduan Bayar Zakat di Tengah Pandemi Corona, Masihkan Harus Berjabat Tangan?
Namun, konsumsi makanan tersebut sebaiknya tetap dibarengi dengan makanan kaya nutrisi seperti buah dan sayur.
“Saya rasa banyak orang pernah mengalaminya (makan opor dan rendang yang dipanaskan beberapa kali). Ini masih boleh tapi frekuensinya dijaga sekitar 2-3 kali per bulan saja.
Namun, jelas akan lebih baik jika masakan bersantan tak dipanaskan,” jelas dia.
Baca Juga: Doa Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Orang Lain, Disertai Nominal Zakat Fitrah
Mengutip laman Sajian Sedap, Chef Sabil Al Rasyid, seorang Resident Chef dari Chez Lely Culinary School memberikan tips membuat opor yang lebih gurih dan tidak mudah basi.
Gunakan kelapa yang tua karena memiliki kadar santan lebih banyak, aromanya lebih wangi, dan rasanya lebih gurih.
Komposisi santan kental dan encer juga menentukan kelezatan opor buatan kita.
- Untuk ayam kampung dan ayam pejantan, Chef Sabil biasanya menggunakan satu butir kelapa parut dan dibagi menjadi 800 mililiter santan encer, dan 200 mililiter santan kental.
Setelah santan diperas, ambil bagian atasnya sebanyak 200 mililiter untuk mendapatkan santan kental.
Sementara santan encernya dimasukkan kembali ke kelapa parut, dan diperas kembali sebanyak 800 mililiter.
Cara ini akan meningkatkan cita rasa santan encer menjadi lebih gurih.
- Jika menggunakan ayam broiler, cukup menggunakan 800 mililiter santan dengan komposisi 200 mililiter santan kental, dan 600 santan encer.
Perbandingan santannya lebih sedikit, karena ayam broiler memiliki kadar air yang lebih banyak dibanding ayam pejantan dan ayam kampung.
(*)
Ngamuk Saat Tak Diberi Uang, Pengemis di Bogor Ini Malah Ketahuan Lagi Top Up: Ngegas Gak Dikasih
Source | : | sajiansedap.grid.id,health.kompas.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |