Jawaban RSUD Ogan Ilir
Direktur RSUD Ogan Ilir, Roretta Arta Guna Riama, membantah tudingan yang disampaikan para tenaga medis yang melakukan mogok kerja.
Ia berdalih, tuntutan para tenaga medis terkait dengan rumah singgah dan insentif tambahan bagi yang menangani pasien corona sudah disediakan.
Karena itu, tudingan yang disampaikan itu hanya mengada-ada dan mereka melakukannya karena ketakutan semata.
“Mereka lari ketakutan saat melihat ada pasien yang positif Covid-19," jelas Roretta.
Dari ratusan tenaga medis yang melakukan pemberhentian tersebut, manajemen RSUD mengaku tidak ada dokter yang ikut, hanya perawat dan sopir ambulans.
“Tidak ada tenaga dokter, mereka para tenaga medis seperti perawat dan sopir ambulans, mereka itu takut menangani pasien positif Covid-19, itu saja, bukan karena soal lain,” tambah Roretta.
Pemecatan 109 tenaga medis
Buntut adanya aksi mogok kerja itu, sedikitnya ada 109 tenaga medis dipecat dengan tidak hormat.
Bupati Ogan Ilir Ilyas Panji Alam mengatakan, tenaga medis yang dipecat itu di antaranya 14 dokter spesialis, delapan dokter umum, 33 perawat berstatus aparatur sipil negara (ASN), dan 11 tenaga honorer di RSUD Ogan Ilir.
“Ya sudah diberhentikan, saya yang menandatangani surat pemberhentiannya,” kata Ilyas saat dikonfirmasi di Kantor Badan Amil Zakat Nasional Ogan Ilir, Kamis (21/5/2020).
Senada dengan Direktur RSUD, Ilyas menganggap bahwa tudingan terkait dengan para tenaga medis tersebut tidak benar.
Sebab APD, rumah singgah, dan juga insentif tambahan dianggap sudah disediakan jauh sebelumnya.
“Insentif sudah ada, minta sediakan rumah singgah, sudah ada 34 kamar ada kasur dan pakai AC semua, bilang APD minim, APD ribuan ada di RSUD Ogan Ilir, silakan cek,” jelas Ilyas.
Meski ratusan tenaga medis dipecat, ia berdalih tidak akan mempengaruhi pelayanan karena sebagai pengganti, pihaknya akan mencari tenaga medis baru.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnewswiki |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |