Pola-pola baru itu dibuat dan diterapkan di setiap lokasi umum, perkantoran, dan tempat yang biasa digunakan masyarakat untuk berkumpul.
"Tapi, itu harus didukung sarana dan prasarana. Misal adanya wastafel yang memadai di sekolah, penyediaan masker di tempat umum, dan sebagainya," ungkapnya.
Dicky mengungkapkan, penurunan jumlah pasien akibat Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dalam tujuh hari juga masuk kriteria new normal dapat diterapkan.
"Lalu, juga nihilnya kasus kematian dalam tiga hari terakhir," papar Dicky.
Ketika disinggung apakah beberapa wilayah di Indonesia sudah siap menjalankan new normal, Dicky menjawab belum.
Kendati belum saatnya untuk dijalankan, edukasi dan sosialisasi mengenai new normal harus mulai dilakukan sejak saat ini.
Dokter sekaligus influencer, Tirta Mandira Hudhi, turut menyinggung kesiapan new normal di Indonesia.
Dia menegaskan istilah new normal atau normal baru tidak serta-merta bahwa Covid-19 hilang total.
Menurutnya, new normal adalah gaya adaptasi baru untuk menghadapi Covid-19, meskipun dia membuat disclaimer apakah new normal ini ada atau tidak, dilaksanakan atau sebaliknya.
"Covid-19 hanya bisa dikontrol, itu adalah sesuatu yang kita harus tahu bahwa banyak netizen bertanya kapan Covid-19 hilang. Saya bilang tidak bisa hilang layaknya TBC, DBD, Malaria, HIV, hepatitis dan lain-lainnya," ujarnya.
Dengan new normal, masyarakat akan memesan bahan pangan atau makanan yang higienis.
Bahkan, dari pengalaman pribadinya yang kini bertugas sebagai relawan medis Gugus Tugas, Tirta menemukan ada seorang driver ojek daring yang mengantarkan makanannya, dilengkapi dengan pembatas atau sekat plastik.
"Let say ada restoran buka, kan ada meja-mejanya, adaptasi barunya sekarang setiap meja dikasih celah plastik," ujarnya.
Dengan new normal ini, Tirta berujar bahwa semua orang harus melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |