Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – World Health Organization (WHO) mengumumkan adanya wabah baru penyakit yang diakibatkan oleh virus ebola di Republik Demokratik Kongo.
Wabah virus ebola kini menyebar di zona kesehatan Wangata, Mbandaka, Provinsi Equateur.
Ini merupakan ujian yang sulit karena Kongo juga tengah memerangi Covid-19 dan wabah campak terparah di dunia.
Dikutip Grid.ID dari Kompas.com, WHO menulis bahwa Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo mengumumkan ada enam kasus ebola yang ditemukan di Wangata.
Empat di antaranya meninggal dunia dan dua kasus sedang dalam perawatan.
Ini adalah outbreak ke-11 dari virus ebola di negara tersebut.
Virus Ebola
Virus ebola termasuk dalam famili Filoviridae yang mencakup tiga kelompok, yaitu Cuevavirus, Marburgvirus, dan Ebolavirus.
Dalam genus Ebolavirus, enam spesies ditemukan yaitu di Zaire, Bundibugyo, Sudan, Tai Forest, Reston, dan Bombali.
Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola haemorrhagic fever merupakan penyakit dengan tingkat keparahan yang tinggi.
Penyakit ini menginfeksi manusia dan primata, serta kerap berujung pada kematian.
WHO menyebutkan, angka mortalitas penyakit ebola berada pada kisaran 50 persen, tepatnya antara 25 hingga 90 persen.
Sama seperti Covid-19, ebola adalah penyakit zoonosis yang ditransmisikan dari satwa liar.
Para ilmuwan percaya bahwa inang dari virus ebola adalah kelelawar dari famili Pteropodidae, jenis kelelawar pemakan buah.
Selain kelelawar, beberapa satwa liar yang menjadi inang ebola adalah landak, simpanse, gorila, monyet, dan antelop.
Mayoritas penduduk Afrika terinfeksi ebola karena kontak langsung dengan hewan yang ditemukan sakit atau mati di hutan setempat.
Virus ebola kemudian menyebar antar-manusia melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, organ, atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi.
Tak hanya kontak langsung, tetapi juga melalui benda mati yang terpapar cairan tubuh orang yang terinfeksi.
Banyak tenaga kesehatan di Afrika yang terinfeksi ebola karena menangani pasien tanpa alat pelindung diri (APD) yang lengkap.
Wanita hamil yang terinfeksi dan sembuh dari ebola bisa menurunkan virus tersebut kepada bayi atau janinnya lewat ASI dan jaringan di dalam rahim.
Sejarah Virus Ebola
Tertulis di laman resmi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS, ebola kali pertama muncul pada 1976 silam.
Kala itu wabah ebola merebak di dua tempat sekaligus, yakni di wilayah Yambuku (Republik Demokratik Kongo) dan Nzara (Sudan Selatan).
Wabah pertama di Yambuku terjadi di sebuah desa di dekat Sungai Ebola.
Nama sungai ini kemudian dijadikan nama virus ini.
Wabah kedua muncul di wilayah Sudan Selatan.
Baca Juga: Bantu Tangani Pandemi Virus Corona, Aktris Jennifer Aniston Lelang Foto Tanpa Busana!
Lokasi wabah kedua dari yang pertama berjarak sekitar 850 kilometer.
Semula, pejabat kesehatan setempat menganggap kedua wabah ini berasal dari satu jenis virus ebola yang menular saat penderita mengunjungi tempat merebaknya penyakit.
Selanjutnya, ilmuwan baru menemukan kedua wabah itu berasal dari dua jenis virus ebola yang berbeda.
Yakni, Zaire ebolavirus and Sudan ebolavirus.
Setelah kejadian tersebut, ilmuwan menyimpulkan, virus di dua tempat berjarak ratusan kilometer itu berasal dari sumber virus berbeda dan sama-sama menyebar di wilayah terdampak.
Merujuk data virus dan epidemiologi, virus ebola diperkirakan telah lama ada, jauh sebelum wabah tercatat kali pertama.
Faktor-faktor seperti pertumbuhan populasi, perambahan hutan, interaksi termasuk mengonsumsi satwa liar memengaruhi penyebaran ebola di Afrika.
(*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |