Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Beberapa hari belakangan, Surabaya dikatakan memiliki angka tinggi dalam Jumlah orang positif Covid-19.
Hingga Surabaya menjadi zona hitam.
Dalam peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, Kota Surabaya tampak terlihat berwarna hitam.
Berdasarkan pantauan Grid.ID dari infocovid19.jatimprov.go.id, hingga Kamis (4/6/2020) siang, wilayah Kota Surabaya masih terlihat menjadi zona hitam.
Lantas, apa itu zona hitam?
Kenapa Surabaya bisa menjadi zona hitam?
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, hitam memiliki arti darurat Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menjelaskan, kondisi hitam bisa memiliki arti darurat.
"Sudah lebih dari zona bahaya yakni merah. Artinya penambahan kasusnya sudah tinggi, lebih dari 2.000-an biasanya," kata Dicky, Rabu (3/6/2020).
Sebenarnya, kata Dicky, warna yang tampak seperti hitam tersebut aslinya adalah berwarna merah.
"Sebetulnya yang aslinya itu bukan warna hitam, aslinya warna merah. Jadi ketika angka kasus baru di atas 2.000-an, maka daerah itu akan berwarna merah. Jadi tampak seperti hitam," ucap dia.
Baca Juga: Tertembak Peluru Karet saat Ikut Demo Black Lives Matter, Halsey Alami Luka Memar!
Menurut Dicky, hal ini menunjukkan bahwa Kota Surabaya harus sudah sangat serius merespons penanganan Covid-19.
Selain itu, masyarakat, semua instansi dan pemangku kepentingan juga harus dilibatkan dan terlibat aktif menurunkan angka positif Covid-19.
"Karena bila tidak, bukan mustahil dalam waktu 2-3 minggu ke depan, situasi di Surabaya akan menjadi chaos," jelas dia.
Oleh karena itu, Dicky berpesan agar segera dilakukan peningkatan jumlah testing dan melacak populasi yang dianggap berisiko tinggi.
Misalnya, terhadap orang lanjut usia, orang sakit, anak-anak, dan juga terhadap ibu hamil.
"Saran saya, tempat-tempat ramai ditutup dulu dalam 2 minggu ke depan, sehingga akan mengurangi kecepatan dari penularan," papar Dicky.
"Masyarakat juga harus terus diedukasi tentang pentingnya pengertian new normal dalam artian untuk pencegahan.
"Bukan new normal yang artian kembali hidup bebas dengan gembira ria dan tidak memakai masker, tidak patuh cuci tangan, tidak mengindahkan jaga jarak, dan juga hal-hal lain yang bersifat pencegahan," imbuhnya.
Dicky mengungkapkan, dalam menilai suatu wilayah yang mengalami peningkatan dari hijau ke merah, selalu dilihat pada strategi utama menghadapi pandemi.
Adapun strategi yang dimaksud yakni testing, tracing dan isolasi.
"Terjadinya peningkatan ini tentunya ada kelemahan di antara tiga strategi utama tadi," kata Dicky.
Oleh sebab itu, lanjut dia, strategi utama dan kunci untuk melandaikan dan mencegah suatu wilayah agar beranjak dari zonasi yang lebih buruk, satu-satunya jalan adalah menguatkan tiga strategi ini.
Selain itu, peran aktif dari masyarakat juga harus dikedepankan dalam upaya pencegahan.
"Jadi di surabaya ini setidaknya ada 30 kluster lebih. Ditambah dengan perilaku sebagian besar masyarakat yang masih abai, masih banyak yang tidak mengindahkkan kewajiban bermasker, jaga jarak dan lain-lain," ucap Dicky.
Masih banyaknya masyarakat yang abai tersebut tak hanya di Surabaya saja, melainkan juga terjadi hampir di seluruh Indonesia.
Menurutnya, hal ini hendaknya menjadi pelajaran yang berharga bagi daerah-daerah lain.
"Tanpa adanya kerja sama antara masyarakat dan pemangku kepentingan, tentu keinginan kita untuk mencegah terjadinya pelambatan dan mencegah terjadinya penularan Covid-19 ini akan sulit," pungkas dia.
Sementara itu, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr. Joni Wahyuhadi menyebut warna hitam memang menunjukkan tingginya kasus Covid-19 di daerah tersebut.
"Semakin banyak catatan kasusnya, warna di peta sebaran akan semakin pekat hingga berwarna hitam," ujar Joni, Selasa (2/6/2020).
Namun demikian, meski kasus di Surabaya cukup tinggi, upaya penanganan kasus Covid-19 di Surabaya ini justru mendapat pujian.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo menyebut, tingginya temuan kasus di Surabaya ini merupakan buah tracing yang dilakukan serius.
Doni mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sudah melakukan langkah-langkah yang sangat baik.
Pemkot Surabaya melakukan pengambilan sampel di berbagai lingkungan masyarakat.
"Tentunya tak mudah untuk mendapatkan informasi daerah yang kawasannya banyak yang positif. Ini langkah yang strategis dan sangat cerdas," kata Doni, Selasa (2/6/2020).
(*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |