Grid.ID - Bentara Budaya bekerjasama dengan Kognisi KG menyelenggarakan diskusi daring melalui medium zoom dengan tema Ruang Publik Seni Budaya Pascapandemi.
Diskusi dilangsungkan pada Kamis, 18 Juni 2020 pukul 10.00 WIB dengan menghadirkan pembicara Dr. Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI), Ade Darmawan (Seniman, Kurator, dan Anggota Ruang Rupa), Ratri Anindyajati (Produser Seni Independen dan Program Manager Indonesian Dance Festival), dan Yori Antar (Arsitek, Pendiri Rumah Asuh).
Diskusi ini berangkat dari serangkaian pertanyaan, di antaranya seberapa pentingkah membangun ruang publik kebudayaan, terlebih bagi Indonesia, dengan ribuan pulau yang kaya akan seni budayanya, sekaligus terefleksikan dalam kehidupan keseharian masyarakatnya?
Selanjutnya, bagaimana memaknai kehadiran ruang publik seni budaya selepas pandemi Covid-19?
"Masing-masing narasumber, dengan pengalamannya masing-masing dalam seni budaya, akan membagikan pandangan dan idenya mengenai kemungkinan peralihan, transformasi, atau bahkan perkembangan ruang-ruang publik kebudayaan di tengah pola kehidupan masyarakat yang berubah akibat pandemi," ujar Dinartisti, Manajer Bentara Budaya.
Tidak tertutup kemungkinan bahwa pembahasan mengenai ruang-ruang publik pascapandemi ini juga dapat ditelisik bersama aspek-aspek pendukung ekosistem seni budaya lainnya, seperti keterhubungannya dengan seniman serta khalayak luas, pemaknaan kembali konsep ruang/melting pot kreativitas, tata kebijakan pemerintah, serta inovasi pengelolaan ruang publik seni budaya.
Seiring laku sejarah dan perkembangan kebudayaan, kota-kota mulanya diciptakan sebagai ruang bertemu bagi berbagai kalangan; tempat aneka interaksi yang menunjang kehidupan masyarakatnya.
Dia merupakan sebuah ruang publik, yang terus membangun dirinya menjadi suatu sistem besar yang dijalankan secara bersama-sama oleh mereka yang berada, tumbuh, dan bergantung kepadanya.
Dari sinilah, arus perputaran ekonomi, mobilitas sosial, serta tidak tertutup pergulatan ide-ide kebudayaan mengemuka, dengan aneka rupa dinamika yang mengalir, cair, sekaligus mewarnai napas hidup kota tersebut.
Lebih lanjut, para Narasumber akan berbagi pengalaman dan pemahamannya tentang makna strategis kehadiran sebuah ruang publik seni budaya.
Sebagaimana kerap diungkapkan, ruang publik memang tak bisa menyelesaikan hal-hal nyata secara langsung, semisal persoalan sanitasi, pendidikan, transportasi, hingga kebijakan ekonomi yang berpihak bagi berbagai kalangan masyarakat.
Namun, ruang publik itu setidaknya dapat menjadi wahana pergulatan ide atas bagaimana sebuah wilayah dan ruang hidup seharusnya dibangun, dihuni, dan dicintai bersama, tambah Dinartisti.
Baca Juga: Tak Mau Menikah Lagi, Nafa Urbach Sudah Tutup Hatinya Rapat-Rapat untuk Pria Manapun
Diskusi daring ini merupakan bagian dari program Teras Bentara yang diselenggarakan Bentara Budaya untuk mengisi kegiatan seni budaya selama pandemi.
Selain diskusi melalui zoom dan perbincangan tayang langsung di Instagram bersama para seniman, Teras Bentara juga menyajikan unggahan video dan foto terkait karya-karya seni maupun kilas balik peristiwa yang telah hadir di Bentara Budaya.
Acara ini terbuka untuk umum, pendaftaran dapat melalui Linktr.ee/KognisiKG.
(*)
Penulis | : | None |
Editor | : | Irene Cynthia Hadi |