Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Pengguna sepeda di Tanah Air, khususnya di kota-kota besar terlihat semakin banyak seiring dengan pemberlakuan era new normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), yang mengharuskan setiap orang rajin olahraga.
Bersepeda juga rupanya menjadi salah satu pilihan olahraga dan transportasi paling diminati sejak pandemi Covid-19 mewabah di seluruh dunia.
Hal itu tampak dari larisnya penjualan sepeda di sejumlah toko di Indonesia.
Sejak diberlakukannya cara hidup new normal yang mengimbau orang agar menjaga jarak, banyak orang beralih ke transportasi seperti sepeda, yang memungkinkan mereka tidak terlalu berdekatan dengan orang lain.
Maka toko-toko sepeda pun kembali didatangi pembeli, seperti saat bersepeda menjadi tren beberapa tahun lalu.
Menurut Azan Laganan, owner Formula Bike, semakin banyak orang yang berbelanja sepeda di toko miliknya yang berada di Jl. Ir. H. Juanda No. 10, Cipayung, Ciputat, Tangerang Selatan.
"Iya betul. Penjualan sepeda lagi naik pesat akhir-akhir ini," kata Azan.
Azan menambahkan, peningkatan pembelian sepeda mencapai hampir 100 persen dibandingkan dengan masa sebelum pandemi.
"Bukan hanya membeli sepeda, tapi juga ada beberapa konsumen datang untuk kebutuhan servis sepeda yang sudah mereka simpan lama," ujarnya.
"Kami sampai kewalahan, karena orang yang membeli sepeda juga terus bertambah karena virus corona," katanya.
Diberitakan TribunJabar.id, mengenai merek sepeda yang sedang naik daun diantaranya Polygon, Pasific, United.
Semua merek tersebut tersedia mulai dari harga Rp 1 jutaan.
Baca Juga: Putus dari Selebgram Azel, Rizky Febian: Kalo Jodoh Pasti Bertemu Lagi!
Nah, ketika asyik menggowes, jangan lupa perhatikan keadaan tubuh.
Tren bersepeda di kota-kota besar Indonesia ini diiringi kabar tidak mengenakkan.
Sejumlah orang meninggal saat atau setelah bersepeda.
Seperti yang dialami Didik Hari Prasetyo (53).
Lelaki itu meninggal karena serangan jantung saat bersepeda di Jalan Raya Cimatis Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampura, Bekasi, Minggu (21/6/2020).
Di hari yang sama, seorang pensiunan guru warga Tasikmalaya, Lili Sumarli (64), ditemukan meninggal tergeletak dekat sepedanya.
Lili diduga kelelahan berolahraga hingga akhirnya meninggal.
Selain dua kasus tersebut, ada beberapa kasus serupa lainnya.
Dokter spesialis jantung RS Siloam Karawaci, Vito Anggarino Damay mengatakan, tidak ada yang salah dengan bersepeda.
Baca Juga: Konfirmasi Pendaftaran Wajib Militer, Park Bo Gum Akan Bertugas di Angkatan Laut
Malah jenis olahraga ini dianjurkan untuk orang berusia di atas 40 tahun, karena baik untuk sendi.
“Namun yang jadi lupa, ada orang yang tidak biasa bersepeda, mau ngikutin kecepatan yang biasa pake sepeda. Ini tidak dianjurkan,” jelas Vito, Rabu (24/6/2020).
"Sulit menilai kondisi seseorang secara obyektif tanpa hasil medical check up,” tutur dia.
Namun, ada tanda yang bisa dijadikan alarm saat melakukan olahraga, yakni jangan sepelekan gejala ngos-ngosan.
“Biasanya ada ucapan begini, dulu saya bisa tapi kok sekarang enggak. Atau ucapan, saya sekarang mudah ngos-ngosan,” kata dia.
Tanda-tanda ini bagi sebagian orang dianggap sepele.
Seperti, karena alasan baru olahraga kembali.
Padahal, bisa jadi itu tanda tubuh mengalami sesuatu. Untuk menghindari serangan jantung saat berolahraga, tidak ada pilihan lain selain melakukan medical check up.
Vito mengungkapkan, medical check up memang tidak menjamin seseorang terlepas dari risiko serangan jantung.
Namun 80 persen bisa mencegah.
Indikasi Serangan Jantung
Vito menjelaskan, orang yang terkena serangan jantung biasanya sakit dada seperti ditekan benda berat.
Rasa sakit itu bisa menyebar ke tangan sebelah kiri seperti kebas dan keram, sampai menjalar ke punggung.
Biasanya disertai dengan keringat dingin.
Namun, ada pula orang yang tidak merasakan gejala tersebut saat mengalami serangan jantung.
Sebab, ada orang yang hanya mengalami sesak nafas saja.
“Kalau kita sedang olahraga dan merasakan sakit dada, sesak nafas yang berat, keringat dingin dan ingin pingsan, itu tanda ada sesuatu yang enggak beres,” ungkap dia.
Dalam keadaan seperti itu harus segera mencari pertolongan medis, tidak bisa ditunda-tunda lagi.
"Bila orang tersebut pingsan, rabalah nadinya, kemudian lakukan CPR," kata Vito.
“Bersepedalah di tempat datar dengan intensitas ringan hingga sedang. Olahraga yang sehat itu, ringan tapi lama. Seperti bersepeda santai atau jalan kaki selama satu jam,” kata Ketua Pusat Penelitian Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof A Purba.
Purba menggambarkan rumus sederhana olahraga sehat, yakni, orang tersebut masih dapat berbicara dengan baik bersama teman di sekitarnya saat berolahraga.
"Tidak ngos-ngosan," tandasnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |