Sejak penayangan perdana, serial thriller ini memang sudah bikin ketagihan penggemar film seri di seluruh dunia.
Di Amerika Serikat (AS), episode perdana Killing Eve menyedot perhatian 1,17 juta penonton dan ratingnya terus memuncak hingga episode terakhir di season pertama.
Dua season lanjutannya pun selalu menyentuh rating cukup tinggi.
Bahkan, season ketiganya yang tayang April disebut-sebut oleh penggemar film seri di Eropa dan AS sebagai “penyelamat” di situasi pesimis akibat imbauan untuk karantina mandiri.
Nah, sebenarnya apa sih yang bikin Killing Eve begitu menarik hingga menyihir banyak penggemar film seri, termasuk Aurelie Moeremans? Berikut ulasannya.
1. Bukan sekadar kejar-kejaran polisi dan kriminal
Killing Eve diadaptasi dari novel berjudul Codename: Villanelle yang ditulis oleh Luke Jennings.
Secara garis besar Killing Eve bercerita tentang misi agen intelijen Eve Polastri memburu pembunuh bayaran berdarah dingin Villanelle, yang bekerja untuk sindikat kriminal internasional The Twelve.
Namun, bukan bermaksud spoiler, kisah di dalam film seri ini tidak sekadar kucing-kucingan antara intel dengan penjahat kelas internasional.
Setiap episode diwarnai dengan plot twist.
Di tengah adegan serius yang menegangkan, unsur dark comedy bisa saja tiba-tiba menyeruak.
Jalan ceritanya pandai memainkan emosi penonton.
Meski demikian, setiap episodenya tetap membuat penonton memutar otak dengan sejumlah teka-teki.
Baca Juga: IDI dan Kemenristek akan Dipanggil sebagai Saksi Terkait Kasus Konten Anji dengan Hadi Pranoto
Tidak heran akhirnya jika Killing Eve mendapat rating 96 persen dari situs Rotten Tomatoes dan menyabet penghargaan Emmy di kategori Outstanding Writing for a Drama Series dan Outstanding Actress in Drama Series.
Selain itu, film seri ini ditulis oleh sineas perempuan berbeda di tiap musimnya.
Mereka yang ada di balik pembentukan dua tokoh sentral perempuan yang tangguh di film tersebut, pandai membangun sense of empowerment buat para perempuan yang menontonnya.
2. Hubungan Eve dan Villanelle yang rumit
Gambaran dua tokoh utama dalam film ini juga unik.
Jika film-film spy pada umumnya, gambaran seorang intel perempuan ditampilkan sebagai sosok yang seksi dan memiliki serentet senjata kaliber tinggi, tidak dengan yang satu ini.
Eve tampil seperti perempuan biasa. Gaya pakaiannya sederhana.
Penonton kerap diperlihatkan dengan sosoknya yang kerap mengenakan oversized coat, rambut berantakan, dan gampang mengalami turbulensi emosi.
Tokoh nemesisnya, Vilanelle, alih-alih digambarkan menyeramkan layaknya pembunuh di film-film kebanyakan, hadir sebagai sosok perempuan glamor.
Relasi antara keduanya yang unik juga turut membumbui cerita.
Eve dan Villanelle tidak sepenuhnya saling membenci.
Ada semacam love-hate relationship di antara keduanya.
Eve yang secara emosional meledak-ledak dan Villanelle yang dingin membuat chemistry di antara keduanya menarik perhatian.
3. Soundtrack memanjakan telinga
Cerita yang menarik dan sinematografi yang keren tidak lengkap tanpa soundtrack yang mendukung.
Nah, ketiga season serial Killing Eve diwarnai dengan soundtrack yang memanjakan telinga.
Bahkan lagu-lagu yang menjadi soundtrack-nya bisa dikumpulkan dan dijadikan playlist ketika kamu perlu asupan energi buat jadi se-badass Eve atau Villanelle.
Baca Juga: Sempat Dirumorkan Masuk Sekte Tertentu, Bos JYP Entertainment Akhirnya Buka Suara!
Setiap season memiliki setidaknya 50-60 daftar lagu soundtrack dari beragam genre.
Kamu bisa menemukan lagu klasik mulai dari karya Johan Strauss dan Erik Satie, hingga musisi era modern seperti Elthon John, Blondie, juga Cigarette After Sex.
4. Lokasi syuting menakjubkan
Sedikit informasi, Killing Eve mengambil latar negara-negara di Eropa.
Kamu bisa mengikuti Villanelle menelusuri daerah underground di Jerman, berkendara di Tuskan, Italia, menyelami suasana malam di Amsterdam, Belanda, berjalan di pasar-pasar penuh warna di Spanyol, menikmati nuansa kota di Paris, hingga Romania.
Ya, menonton film seri ini lumayan mengobati rasa kangen travelling ke luar negeri. Setidaknya kamu bisa melihat keindahan negara-negara tersebut dari rumah.
Baca Juga: Jiwa Bisnis Sudah Mendarah Daging, Mama Rieta Gandeng Nagita Slavina Bikin Bisnis Kuliner Rumahan
5. Fashion Villanelle yang selalu on point
Siapa pembunuh bayaran yang melancarkan misinya dengan mengenakan setelan blazer dan celana rancangan rumah mode Chloe, atau bomber jacket rancangan Jason Wu? Cuma Villanelle.
Kamu yang gila fashion akan terinspirasi dengan gaya berpakaian Villanelle yang selalu on point.
Dalam satu season saja kamu bisa menemukan Villanelle mengenakan trench coat Burberry, belt Gucci, dress rancangan Dries Van Notten, frock karya Molly Goddard, dan sepatu boots Balenciaga.
Baca Juga: Izin Sakit, Polisi akan Lakukan Pemanggilan Ulang kepada Hadi Pranoto Setelah Sembuh
Ini membuat setiap episode Killing Eve hadir layaknya halaman fashion di majalah. Pokoknya sartorially satisfying!
Penasaran ingin menonton Killing Eve? Belum terlambat kok untuk kamu yang ingin ikut ingar-bingar popularitas filmnya.
Akan tetapi, harus siap tergila-gila dengan serial ini seperti Aurelie Moeremans ya.
Saat ini, Killing Eve hadir di Indonesia melalui platform streaming video-on-demand Mola TV.
Baca Juga: Jerinx SID Ditahan, Angga Dwimas Sasongko Protes: Pemberangusan Kebebasan Berpendapat!
Untuk berlangganan, Mola TV sedang menawarkan biaya promo Rp 12.500 per bulan.
Jadi, kamu bisa menonton ketiga season Killing Eve plus semua hiburan yang ditawarkan Mola TV dengan lebih ekonomis.
(*)
Heboh, YouTuber Asal Thailand Ini Nyamar di Indonesia, Ternyata Nipu hingga Rp 931 M dan Pengin Jadi Idol Kpop, Begini Akhirnya
Penulis | : | None |
Editor | : | Irene Cynthia Hadi |