Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Artis peran Mona Ratuliu membagikan kondisi terbaru Numa Kamala Srikandi, anak keempatnya yang sempat mengidap dermatitis atopik.
Sebelumnya, Mona Ratulu memperlihatkan kondisi memperihatinkan kulit wajah Numa Kamala Srikandi.
Diketahui, Numa menderita dermatitis atopik atau sejenis alergi pada kulit.
Tampak kulit wajah Numa memerah hingga berair.
Lewat akun Instagramnya, istri Indra Brasco ini menjelaskan secara singkat apa itu penyakit dermatitis atopik yang tengah diderita Numa.
Dermatitis atopik merupakan salah satu jenis dermatitis (eksim) yang terjadi akibat adanya peradangan pada kulit.
"Siapa yang bayinya kulitnya merah2 kayak Numa? 2-3 hari belakangan kulit numa memerah dan agak berair.
Bukan karena keseringan dicium, bukan juga karena kena ASI kok. Kalau ada yang bayinya kulitnya mirip Numa begini, ini namanya: Dermatitis Atopik. Biasa dikenal juga dengan eksim.
Pemicu munculnya ruam merah ini biasanya karena alergi. .
Alergi ini biasanya karena keturunan.
Nggak kaget sih kulit Numa begini.
Kalau lihat foto ke2, itu foto @ulahsinala waktu bayi. Lebih parah dari Numa.
Bahkan kalau Nala ada satu waktu kulitnya sampai bernanah…”
Dermatitis atopik atau eksim merupakan gangguan kulit yang sering diderita bayi namun belum diketahui penyebabnya.
Dermatitis atopik biasanya menimbulkan rasa gatal dan bintil kemerahan pada kulit, sebagian kecil akan bersifat kronis dan bisa menyebabkan luka.
"Ketika orang berpikir tentang eksim pada anak-anak, mereka membayangkan tambalan kecil yang gatal, tetapi pada kenyataannya, itu bisa menjadi penyakit kronis yang melemahkan," kata Dr. A. Yasmine Kirkorian, MD ahli dermatologi anak.
Baca Juga: Menyoal Ganja yang Disebut Tanaman Obat, Kementan: Akan Dikaji Kembali
Dikutip Grid.ID dari Kompas.com, hingga kini, belum ada jawaban pasti penyebab eksim ini, namun gen berperan besar.
Dengan kata lain, bila saat kecil orangtuanya menderita eksim, anak-anak bisa saja merasakan hal serupa.
Seperti halnya tingkat alergi dan asma, kasus-kasus eksim kian meningkat, setidaknya dua kali lipat dari yang terjadi di negara-negara maju pada 1970-an.
Kabar baiknya adalah, perawatan untuk eksim juga mengalami kemajuan selama beberapa dekade terakhir.
“Tidak ada tes khusus yang dapat mendiagnosis eksim, itulah sebabnya dokter mengacu gejala,” kata Dr. Jonathan Spergel, M.D., Ph.D., pakar alergi di Rumah Sakit Anak Philadelphia.
Pada bayi, gejalanya adalah kemerahan, bersisik dan berkerak di lengan dan kaki, pipi, dan kulit kepala.
Pada balita dan anak-anak cenderung mempengaruhi pergelangan tangan, lengan, lipatan siku dan punggung lutut dan leher.
Kondisi ini selalu menyebabkan gatal.
"Biasanya mengarah ke siklus gatal-awal, lalu mengarah ke goresan, yang pada akhirnya akan memperburuk eksim, yang kemudian menyebabkan lebih banyak goresan pada kulit,” kata Spergel.
Sebagian besar, eksim anak dapat didiagnosis dan diobati oleh dokter anak.
Tetapi jika tidak membaik dengan perawatan, konsultasikan dengan dokter kulit atau alergi.
Tidak ada cara nyata untuk mengurangi risiko eksim anak, karena sebagian besar disebabkan oleh mutasi genetik yang membuat kulit lebih permeabel, memungkinkan iritasi masuk dan air keluar, membuat kulit kering.
“Salah satu cara untuk mengelola eksim anak dan meminimalkan kebutuhan akan pengobatan adalah dengan mencari tahu apa penyebabnya,” kata Dr. Cheryl Bayart, M.D., seorang dokter kulit anak di Klinik Cleveland.
Pemicu umum eksim antara lain berkeringat, serta paparan udara yang sangat kering atau iritasi sabun cuci tangan atau piring, deterjen atau logam seperti nikel.
Karena banyak anak-anak dengan eksim juga peka terhadap kain kasar, seperti wol, yang dapat mengiritasi kulit, sebagian besar dokter kulit merekomendasikan mengenakan pakaian dan tidur di tempat tidur yang 100 persen katun.
Waspadai juga alergen seperti tungau debu, bulu hewan peliharaan, jamur dan serbuk sari dari tanaman.
Sekitar tujuh persen anak-anak memiliki eksim yang sangat parah, sehingga mungkin memerlukan pendekatan yang lebih agresif.
Salah satu pilihan adalah terapi pembungkus basah, yang melibatkan penggunaan kain basah pada kulit yang diberi obat untuk membantu tubuh menyerap obat.
Bayart merekomendasikan untuk mengoleskan krim resep topikal setelah mandi dan kemudian memakaikan anak piyama lengan panjang yang telah dibasahi dengan air hangat, lalu menutupi mereka dengan piyama kering sebelum anak tidur.
(*)
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |