"Jadi melalui imigrasi dari Tiongkok ke Nusantara," kata Aji Chen Bromokusumo, selaku budayawan dan Sekertaris Umum Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (ASPERTINA), seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com.
"Entah karena alasan politis, ekonomi, atau yang lainnya, secara bertahap imigran dari Tiongkok mengalir ke Nusantara".
"Para imigran tersebut memulai kehidupan baru mereka di Nusantara dan mendapati mereka cocok tinggal di ‘Negeri Selatan’ ini," sambungnya.
Imigran Tiongkok yang berbondong-bondong datang ke Indonesia pasti membawa dan memerlukan makanan sebagai santapannya sehari-hari.
Baca Juga: Menikmati Dinginnya Malam di Yogyakarta dengan Hangatnya Bakmi Jowo Mbah Gito
Makanan yang mereka santap, merupakan makanan yang berasal dari daerah asal dan sudah akrab di lidah para imigran.
"Kuliner menjadi sangat penting karena merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia".
"Para perantau yang datang sekali waktu menginginkan makanan seperti yang ada di tempat asalnya," jelas Aji.
Baca Juga: Ingin Merasakan Sensasi Makan Mie, Begini Cara Menyantapnya
Namun karena keterbatasan dan perbedaan bahan di Nusantara, para imigran berusaha menyesuaikan diri dengan apa yang ada di tempat tinggal barunya.
Hal tersebut dapat menjadi alasan mengapa kini masyarakat sering kali menemukan bami dengan berbagai varian rasa dan topping.
7 Bulan Berjuang, Nikita Mirzani Terharu Berhasil Bawa Lolly dan Penjarakan Vadel Badjideh
Source | : | Kompas.com,Sajian Sedap |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Deshinta Nindya A |