“Novelnya tuh ada 12 lagu di situ, tiap lagu ada ceritanya sendiri ada pakai quote. Menurut aku tulisannya kaykak lebih ke sastra,” ungkap Cikal.
Iwan cukup tak menyangka karyanya diangkat dalam bentuk sastra, karena dirinya sempat lama tak membaca buku yang cukup serius dan lebih sering bermain media sosial.
“Bacaan cukup serius udah lama (gak baca), pas kuliah lah, sekarang males apalagi pas reformasi banyak banget” ujarnya
Baca Juga: Via Vallen hingga Iwan Fals Terima Royalti Tahunan di Hari Musik Nasional 2020
“Akhirnya kok malah jadi gak ngerti apa-apa ya? Tapi karena ada pekerjaan ini dan ada hubungannya sama ekspresi, saya mau gak mau,” ungkapnya.
Selain berkaitan dengan karyanya, Iwan pun takjub dengan daya imajinsi yang dibawakan penulis meskipun hanya ditransformasikan melalui liriknya.
“Saya pikir wah ini gila juga ya. Saya di ajak ke tahun 1967 waktu itu gara Juki itu salah satu di novel berarti ditarik 67-16 itu 51. Padahal saya dibuat lagu itu tahun 81 71 88 gitu, kok bisa gitu ya imajinasi itu seperti itu,” kata Iwan.
“Ya saya senang sekali, coba baca yang tadinya malas itu kan kok seru juga ya,” ujarnya.
Adapun lagu-lagu Iwan Fals yang menginapirasi pembuatan novel ‘Air Mata Api’ ini diantaranya: Berandal Malam di Bangku Terminal, Rindu Tebal, Azan Subuh Masih di Teling, Nak, Ujung Aspal Pondok Gede, Do’a Istri Seorang Bromocorah, Antara Aku dan Bekas Pacarmu, Sugali, Ada Lagi yang Mati, Jangan Tutup Dirimu, Air Mata Api, dan Aku Antarkan.
(*)
Pak Tarno Derita Sakit Stroke, Istri Pertama Ngaku Ogah Jenguk Gegara Kelakuan Bini Muda: Pelakor Itu!
Penulis | : | Daniel Ahmad |
Editor | : | Deshinta Nindya A |