Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Dikabarkan tewas secara tragis, kematian preman kampung di Tulungagung berbuntut panjang.
Suyanto (55) atau preman kampung di Desa Nyawangan, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung dikabarkan tewas setelah diamuk massa.
Akibat kematian Suyanto, kini polisi telah melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Memeriksa 10 saksi, tiga saksi berasal dari keluarga korban dan 7 sisanya dari warga yang menyerahkan diri pada polisi.
Melansir informasi dari Surya.co.id pada Sabtu (26/9/2020), tindak pengeroyokan preman kampung ini telah terjadi pada Rabu (23/9/2020) siang.
Kasat Reskrim Polres Tulungagung, AKP Ardyan Yudo Setyantoro menuturkan, aksi massa yang dilakukan pada Suyanto ini terjadi secara spontan.
“Tidak ada perencanaan, massa sebelumnya sudah berkumpul karena ada pencuri motor yang ditangkap,” terang Yudo, Jumat (25/9/2020).
Aksi pencurian motor (curanmor) yang telah menghebohkan warga ini, bermula saat tiga pelaku yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Suyanto.
Ya, tiga pelaku curanmor ini di antaranya adalah J (26), K (17), dan B (16).
Pelaku J diketahui sebagai anak buah Yanto, sementara K dan B merupakan anak kandung korban.
Saat polisi berhasil mengamankan J, kerumunan massa akhirnya terjadi.
Bahkan massa sempat menghadang dan menghalangi jalanya mobil polisi.
“Ternyata begitu tersangkanya kami bawa, massa ada yang mengejar. Mereka sempat datang ke Mapolsek Sendang untuk mencari tersangka,” tutur Yudo.
Berusaha membuat situasi kondusif, polisi berinisiatif menyembunyikan J di sebuah lokasi taman wisata untuk menghindari amukan massa.
Setelah kondisi kembali kondusif dan aman, J langsung diamankan polisi ke Mapolres Tulungagung.
Namun, massa yang tak puas karena gagal mendapatkan J, akhirnya mendatangi Yanto yang dikenal sebagai preman kampung.
“Ada lebih dari 100 orang waktu itu yang mendatangi korban. Mereka mengira korban (Yanto) ini yang memerintah para tersangka,” ungkap Yudo.
Mulanya masa hendak memeriksa ponsel korban, namun korban hanya diam tidak bereaksi.
Akhirnya ada pihak yang diduga melakukan tindak provokasi dan melakukan tindak pemukulan.
Tak ayal, Yanto akhirnya menjadi sasaran dan bulan-bulanan warga dalam aksi pengeroyokan tersebut.
Di sana, Yanto dihajar habis-habisan hingga wajahnya hancur dan tak berdaya.
Yanto bahkan nyaris dibakar dalam amuk massa tersebut.
“Polisi kewalahan karena kalah jumlah. Aksi ini berhenti karena Kades yang mendinginkan situasi,” ujar Yudo.
Dengan luka berat di bagian kepala, Yanto berhasil dievakuasi oleh pihak berwajib.
Namun sayang saat perjalanan, Yanto dikabarkan mengalami pembengkakan di rongga otak dan tak bisa diselamatkan.
“Dengan tambahan tujuh saksi ini, maka sekarang sudah ada 10 saksi yang kami periksa,” pungkas Yudo.
Di kalangan warga, Yanto dikenal sosok preman kampung.
Dia suka melakukan kekerasan kepada warga lain.
Karena itu muncul dugaan, aksi massa ini juga dipicu dendam warga yang sudah tersimpan lama.
Baca Juga: Kasus Dugaan Pengeroyokan, Karen Pooroe Dikonfrontasi dengan Arya Claproth
Melansir informasi dari Kompas.com, aksi massa juga sempat terjadi di bawah jembatan Slipi, Jalan S Parman, Jakarta Barat.
Akibat demo pada 24 September 2019 lalu, satu pos polisi dikabarkan menjadi sasaran pembakaran yang dilakukan massa.
Reporter Kompas TV Audrey Chandra melaporkan, pos polisi dibakar oleh demonstran yang dipukul mundur oleh polisi dari depan gedung DPR.
Baca Juga: Karen Pooroe Dikonfrontir Polisi Terkait Kasus Dugaan Pengeroyokan oleh Suaminya
Mereka kemudian berlari ke arah jembatan Slipi.
Massa yang terjebak di sana kemudian meluapkan amarahnya dengan membakar pos polisi.
(*)
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?
Source | : | Kompas.com,Surya.co.id |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Deshinta Nindya A |