"Kalau aku lebih mengganggu banget dari segi mental sih," ujarnya.
Meskipun demikian, Atta Halilintar tak menampik apabila kesulitan ekonomi juga membuat perjalanan hidupnya terasa terjal.
"Kalau dari segi ekonomi memang tahun 2004-an itu paling parah."
"Aku bener-bener harus kayak gimana, terus kayak bener-bener aku mau makan, mama ku harus masang internet dulu baru bisa dapet tips-nya, kita bisa beli tahu," imbuhnya.
Mengenang perjalanan hidupnya yang terjal, Atta Halilintar mengakui bahwa saat itu keluarganya masih berada di negara Malaysia.
"Dari sini pindah ke sana (Malaysia), itu bener-bener papa bilang kita udah gak punya apa-apa, menurut gue juga punya utang segala macem," ujarnya.
Meskipun keluarganya terhimpit beban ekonomi, dari situlah Atta Halilintar justru terpacu dan bersemangat untuk mengubah keadaan.
"Aku harus berdikari nih, nah di situ tuh susah banget, karena aku malunya kalau di sekolah aku udah malu pasti gak bayar apa-apa," ujarnya.
"Di luar aku jualan di terminal, jualan di mana-mana. Di Malaysia aku naik bis sendiri ke mana-mana, jalan kaki, naik kereta, padahal umur aku aja 17 tahun belum, masih 11 tahun," imbuhnya.
Begini Kondisi Rumah Kontrakan Korban Penganiayaan Anak Bos Toko Roti di Cakung
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |