Berbeda lagi yang dialami Tri Munarsih. Ia harus menanggung beban ekonomi lebih besar di kala tengah dirumahkan.
Ia harus mencari cara untuk menyediakan sarana dan prasarana memadai bagi anaknya yang bersekolah di rumah.
Baca Juga: Teater Tari Citraresmi Sajikan Kebudayaan Sunda, Begini Sosoknya
“Anak saya sekarang sekolah di rumah dan saya kurang mampu untuk membeli paket data. Harga untuk membeli pulsa mahal,” ungkap Tri.
Namun, tak patah semangat mereka mencari cara, memutar otak, dan menggali kreativitas agar dapat menyambung hidup. Salah satunya, membatik dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Pada video tersebut Murtini, Tri Munarsih, dan para pembatik lainnya yang terdampak pandemi kemudian menyampaikan harapannya terkait kondisi saat ini.
Tidak muluk-muluk, mereka hanya ingin dunia segera pulih dari pandemi dan dapat membatik bersama teman-temannya lagi.
Baca Juga: Kali Pertama Jadi Narator di Pertunjukan Opera Kontemporer, Christine Hakim: Saya Seperti Merajut
Mendorong kepedulian dan dukungan masyarakat
Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan video tersebut dirilis oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sebagai bentuk kepedulian terhadap industri batik Tanah Air.
“Tahun ini menjadi tahun yang penuh tantangan, terutama bagi para pembatik yang harus menyesuaikan diri untuk terus berkarya. Semangat mereka tidak boleh surut di masa pandemi ini,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat.
Bukan hanya refleksi dari situasi industri batik Tanah Air di tengah pandemi yang ingin disampaikan Bakti Budaya Djarum Foundation lewat video itu, tetapi juga dorongan untuk membantu para pembatik.
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |