Kegempaan
Jumlah dan jenis gempa yang terekam selama 1 Oktober hingga 30 November 2020 didominasi oleh gempa letusan dengan rata-rata 40 kejadian per hari.
Baca Juga: Usai Main Gadget di Depan Rumah, Pemuda 26 Tahun Tiba-tiba Mengakhiri Hidupnya Secara Tragis
Pada 20 November 2020, jumlah gempa letusan cenderung menurun, dan terjadi kenaikan pada jumlah gempa guguran.
Gempa hembusan terjadi rata-rata 10 kejadian per hari. Sedangkan gempa-gempa vulkanik meliputi gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkal, dan tremor terekam dengan jumlah sangat rendah.
Adapun potensi bahaya yang diakibatkan erupsi Gunung Semeru yakni berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak.
Lalu material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.
Potensi ancaman bahaya lainnya berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak.
Kemudian, jika terjadi hujan dapat terjadi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, serta potensi ancaman bahayanya, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru masih ditetapkan pada Level II (Waspada).
Meski demikian, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengimbau agar masyarakat, pengunjung, dan wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah/puncak gunung, dan jarak 4 kilometer arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara.
Selain itu, masyarakat juga harus mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa ini.
Selanjutnya, terkait radius dan jarak rekomendasi di atas akan dievaluasi terus untuk mengantisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.
(*)
Source | : | wartakota.tribunnews.com,MAGMA Indonesia |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Nesiana Yuko Argina |