Kondisi yang gawat darurat
Gina mengingatkan, delirium termasuk kondisi gawat darurat sehingga harus ditangani di rumah sakit.
Sebab, penyakit delirium yang tidak dikelola dan tidak dicari penyebabnya bisa berujung pada kematian atau kecacatan jangka panjang.
"Orang yang sudah teratasi delirium, masih mungkin mengalami gejala sisa berupa perubahan kognitif (kemampuan berpikir) maupun gangguan mood (suasana perasaan) yang sifatnya menetap hingga satu tahun pasca kejadian," ujar Gina.
Pengobatan untuk orang yang alami delirium Penanganan mereka yang mengalami delirium harus disesuaikan dengan penyebabnya.
Jika penyebabnya karena infeksi, maka pengobatannya ditujukan untuk menyelesaikan infeksinya. Namun, jika penyebabnya karena pengentalan darah yang berlebihan, maka perlu diberikan terapi agar kekentalan darahnya berkurang.
"Bila pasien mengalami gaduh gelisah, baru diberikan obat-obatan psikiatri sesuai dengan derajat gaduh gelisahnya," ujar Gina.
Ia menambahkan, tindakan terapi juga penting dilakukan untuk membantu pasien yang mengalami derilium bergejala reorientasi.
"Orang dengan delirium dibantu untuk mengenali ruang, waktu, dan orang di sekelilingnya sehingga menurunkan kebingungan dan kegelisahan," kata Gina.
"Orang dengan delirium juga perlu dirawat di ruangan yang nyaman, cukup pencahayaan dan tenang, suhu ruangan yang hangat," lanjut dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali Tanda-tanda Mengalami Delirium, Gejala Baru Covid-19"
(*)
Gunung Raung Erupsi Sehari Sebelum Natal, Pendaki Dengar Suara Ngeri ini dan Buru-buru Selamatkan Diri
Penulis | : | None |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |