Idealnya, alasan yang diungkap tidak boleh mengejutkan orang lain.
Masalah kerap terjadi pada sebuah hubungan dan kamu berdua pernah mencari solusinya, namun gagal. Guy Winch, psikolog Kota New York dan penulis How to Fix a Broken Heart,
mengungkapkan pendapat yang sama, harus ada alasan kuat untuk mengakhiri hubungan.
Namun, Winch menekankan bahwa putus bukan berarti kita bisa mengungkapkan semua keluhan yang dirasakan dan berkomentar sinis, bahkan jika si dia berkata ingin mendengarnya.
“Temukan satu hal, karena itu mungkin berguna bagi mereka [untuk diketahui],” katanya.
Mengatakan hal-hal terakhir yang membuatmu kesal tidak akan membuat proses memutuskan hubungan ini berjalan dengan baik.
Sehingga percakapan sehat tak mungkin terjadi. Yang ada, kita akan mengucapkan kata-kata yang makin menyakiti. Untuk itu, penting juga untuk memilih kata-kata dengan hati-hati.
“Ungkapkan sesuatu seperti, 'Ini mengganggu saya,' atau 'Ini benar-benar sulit bagi saya, alih-alih menyalahkan orang lain,” kata Winch.
Terakhir, tahan keinginan untuk melunakkan proses ini dengan memilih kata-kata hampa.
Seperti, "'Kita bisa menjadi teman,' atau 'Sekarang bukan waktu yang tepat untuk saya,' semuanya terdengar seperti, yah, mungkin (bisa) di masa depan semuanya bisa berhasil,” kata Winch.
Hal ini seperti menyiratkan harapan di masa depan. Karenanya, jangan katakan hal ini jika kamu merasa tak ingin kembali rujuk.
Penulis | : | None |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |