Sementara itu, Kapolsek Semarang Timur Iptu Budi Antoro menerangkan bahwa korban sudah diperiksa oleh tim Inafis Polrestabes Semarang.
"Korban murni bunuh diri, keluarga korban juga sudah menerima kematiannya dengan membubuhkan surat pernyataan," ujarnya.
Tinggalkan secarik kertas, Mbah Ramijo membeberkan alasannya nekat mengakhiri hidup.
"Ya ada secarik kertas yang ditunjukan ke anaknya dan alasan dia mengakhiri hidup," ujar Budi Antoro kepada Tribunjateng.com, Sabtu (2/2/2021).
Merasa tak diterima keluarga hingga terpaksa hidup menumpang hidup di warung, Mbah Ramijo hanya memberikan ucapan selamat tinggal untuk anak laki-lakinya.
Tak dijelaskan secara detail, pihak berwajib menganggap hal tersebut merupakan persoalan keluarga.
"Tulisan wasiat itu ditutup dengan kalimat selamat tinggal untuk anaknya dan tanda tangan korban," tutupnya.
Tak hanya Mbah Ramijo, depresi tampaknya bisa melanda siapa saja.
Seperti yang menimpa seorang dosen muda di Desa Mendalo Indah, Kabupaten Muaro Jambi ini misalnya.
Tak diketahui apa yang telah meracuni pikirannya, dosen berinisial M (42), ditemukan tewas gantung diri di tangga rumahnya, Kamis (19/11/2020) lalu.
Dikutip dari Kompas.com, kabar tersebut telah dikonfirmasi oleh Kepala Sub Bagian Humas Polres Muaro Jambi AKP Amradi.
Jasad M ditemukan pertama kali oleh istrinya di tangga rumah.
Sementara itu, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi (Unja) Profesor Asrial, membenarkan bahwa M merupakan salah satu dosennya.
(*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Nurul Nareswari |