Grid.ID - Hingga saat ini proses pencarian puing pesawat serta korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih terus dilakukan.
Melansir Kompas.com, tim pencari telah menyerahkan dua kantong jenazah berisi hasil temuan terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air 182 ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengungkapkan bila salah satu kantong jenazah itu berisi potongan tubuh penumpang pesawat rute Jakarta-Pontianak tersebut.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kabid Dokkes Polda Metro Jaya Kombes Pol Umar Shahab membenarkan adanya dua kantong jenazah tersebut. "Betul. Satu berisi body part (potongan tubuh diduga penumpang), satu lagi berisi properti dari penumpang berupa potongan celana jeans," kata Umar, Minggu (10/1/2021).
Nantinya hasil temuan tersebut akan dicocokkan dengan data ante mortem dan post mortem.
Dua data ini biasa digunakan untuk mengidentifikasi korban kecelakaan hingga bencana massal.
Kecocokan antara data ante mortem dan post mortem sangat membantu mengidentifikasi korban.
Lantas apakah sebenarnya perbedaan antara data ante mortem dan post mortem?
Melansir dari Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXV No. 2, Agustus 2009, berikut penjelasannya:
Pemeriksaan identifikasi korban dilakukan oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) sesuai standar baku interpol.
Ada dua data yang digunakan, yaitu data primer dan sekunder.
Data primer terdiri dari sidik jari, rekam medis gigi dan DNA.
Sementara itu data sekunder terdiri dari data medis korban dan keterangan kondisi terakhir korban.
Ante Mortem
Data ante mortem berupa data-data fisik yang khas dari korban.
Data ante mortem didapat dari pihak keluarga.
Contohnya:
Pakaian atau aksesoris yang terakhir digunakan, barang bawaan, tanda lahir, tato, bekas luka, cacat tubuh, foto diri, berat dan tinggi badan hingga sampel DNA dari keluarga dengan hubungan darah (orang tua atau anak kandung).
Post Mortem
Data post mortem merupakan data yang diambil setelah petugas berhasil menemukan dan mengevakuasi korban.
Post mortem meliputi sidik jari, golongan darah, konstruksi gigi dan foto diri korban pada saat ditemukan lengkap dengan barang-barang yang melekat di tubuhnya dan sekitarnya, termasuk isi kantung pakaiannya.
Jika data ante mortem dan post mortem sudah lengkap, tim DVI akan mencocokkan kedua data guna mengidentifikasi korban.
Jika cocok, maka korban berstatus teridentifikasi.
Jika tidak teridentifikasi, tim DVI akan kembali mendalami ciri-ciri khusus dari korban, seperti bentuk tato dan bekas luka.
Proses identifikasi korban bergantung dari jenis bencana dan kondisinya saat ditemukan.
Korban yang mengalami luka bakar hingga kering atau sudah membusuk akibat terpapar air/udara akan semakin sulit bahkan tidak bisa diidentifikasi.
Update Sriwijaya Air Jatuh ke Laut
Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak pada Sabtu 9 Januari 2021 menjadi berita paling banyak dibaca.
Berikut 4 fakta terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air di laut Kepulauan Seribu.
1. Nelayan Melihat Pesawat Jatuh Saat Hujan Deras di Sekitar Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182
Kepala Seksi Pemerintahan dan Transit Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Surachman mengatakan, nelayan Pulau Lancang mendengar ledakan di sekitar lokasi jatuhnya Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 182, Sabtu 9 Januari 2021.
Nelayan Pulau Lancang juga melihat pesawat Sriwijaya Air jatuh ketika hujan deras mengguyur lokasi kejadian.
"(Nelayan) sempat mendengar ledakan dua kali di bawah laut dan dia melihat pesawat jatuh, lagi hujan lebat. Menurut mereka sekitar pukul 2 siang (pesawat jatuh)," kata Surachman dikutip dari siaran langsung Kompas TV.
Nelayan yang melihat jatuhnya pesawat Sriwijaya Air langsung melapor ke Pemkab Kepulauan Seribu.
Baca Juga: Sriwijaya Air SJ-182 Kecelakaan, Anisa Bahar Tuai Nyinyiran Netizen Lantaran Salahkan Penumpang
2. Diduga Bagian Tubuh Manusia Ditemukan di Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air
Kapal patroli Kementerian Perhubungan menemukan bagian tubuh manusia di lokasi yang diduga menjadi titik jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, di Kepulauan Seribu, Sabtu 9 Januari 2021.
Kapten kapal, Eko, mengatakan, awalnya ia mendapat laporan dari nelayan yang mendengar ledakan seperti suara petir. Lalu pihaknya mengecek ke lokasi.
"Ada ditemuin serpihan-serpihan dari daging, mungkin tubuh dari manusia," kata Eko seperti dikutip dari TV One.
3. Bupati Kepulauan Seribu: Pesawat Sriwijaya Air Jatuh di Sekitar Pulau Laki
Bupati Kepulauan Seribu Djunaedi mengatakan, pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak jatuh di sekitar Pulau Laki.
"Betul (di Pulau Laki)," ujar Djunaedi kepada Kompas.com, ketika dikonfirmasi, Sabtu 9 Januari 2021.
Menurut Djunaedi, peristiwa terjadi pada Sabtu siang sekitar pukul 14.30 WIB.
Djunaedi menyatakan bahwa ia menerima informasi tersebut dari pihak kelurahan setempat.
Dari pihak kelurahan ia menerima informasi bahwa seorang nelayan bubu sempat melihat ledakan api dari peristiwa tersebut, kemudian meminta tolong kepada warga sekitar.
4. Nelayan Temukan Kabel dan Potongan Celana Jeans di Sekitar Lokasi Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air
Kepala Seksi Pemerintahan dan Transit Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Surahman, menuturkan bahwa pihaknya telah menemukan sejumlah barang di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu pada, Sabtu 9 Januari 2021.
Diduga barang tersebut berasal dari pesawat Sriwijaya Air yang dikabarkan hilang kontak.
Barang yang ditemukan berupa kain pakaian dan beberapa kabel.
"Barusan ketemu potongan Levis, sepertinya bagian kantong belakang, ada rambut-rambutnya," kata Surahman, saat diwawancarai jurnalis Kompas TV, Sabtu 9 Januari 2021.
Surahman juga mengatakan, nelayan menemukan barang yang diduga potongan kulit manusia. Namun demikian, dia belum bisa memastikan dari mana potongan benda asing tersebut berasal.
(*)
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Apa Ante Mortem ? Apa Post Mortem ? Data Ini Diperlukan Deteksi Korban Sriwijaya Air SJ182 Jatuh
Usai Buat Gaduh, Razman Nasution dan Firdaus Oiwobo Datangi MA untuk Minta Maaf
Source | : | Kompas.com,Tribun Pontianak |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |