Istilah ini didasarkan pada “penyapihan” pada bayi untuk lepas dari ASI.
Sama halnya dengan bayi, teknik ini dilakukan secara bertahap dan tidak memaksa.
Contoh praktisnya adalah kamu bisa mengurangi kira-kira seperempat gelas kopi untuk konsumsi setiap dua sampai tiga hari.
Baca Juga: Teh Hitam vs Kopi Hitam, Mana Sih yang Lebih Sehat?
Teknik penyapihan ini selain tidak membuat sistem tubuh kaget, juga efektif untuk mengurangi “sakit kepala” karena kekurangan dosis kafein harian.
Bonusnya, metode ini aman bagi para pecandu yang khawatir terkena gejala kekurangan asupan kafein.
Berkebalikan dengan teknik sebelumnya, metode kalkun dingin justru menekankan penghentian konsumsi kopi secara sekaligus.
Psikolog Timothy J. Legg menyebutkan, metode kalkun dingin sebenarnya tidak hanya berlaku untuk kecanduan kafein saja, namun juga kecanduan bentuk lain, seperti rokok, obat-obatan, dan alkohol.
Kata “kalkun dingin” sendiri diambil dari perasaan merinding yang akan dialami seseorang di hari-hari mereka berhenti mengonsumsi kafein.
Baca Juga: Ngopi Pakai Krimer Bikin Diet Sia-sia, Ini Penjelasan Ahli!
Perasaan merinding yang berlebihan biasanya menyebabkan bintik-bintik pada kulit.
Dalam kasus ini, mirip dengan kulit kalkun beku yang disimpan di lemari pendingin.
Karena dilakukan sekaligus, metode ini dianggap sebagai cara yang tepat untuk melakukan detoksifikasi kopi, namun berpotensi memberi efek kejut pada tubuh.
Baca Juga: Penderita PCOS Harus Menghindari 9 Jenis Makanan dan Minuman Ini, Termasuk Susu dan Jagung
Metode ini juga disebut bisa menyebabkan seseorang kehilangan produktivitas karena dilakukan secara mendadak.
Jadi, cara mana yang akan kamu terapkan untuk mengatasi kecanduan kopi?
(*)
Source | : | Kompas.com,Kaltim.tribunnews.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |