Sementara sebagian orang lainnya mungkin sekadar mengalami kebosanan atau nggak puas, dan menemukan kalo menggigit dan mengunyah kuku menawarkan stimulasi sensorik.
Selain itu, terkadang mereka juga bisa meningkatkan fokus pada suatu pekerjaan karena melakukan kebiasaan tersebut Ini menciptakan semacam lingkaran setan di mana kita terus mengulanginya dan ingin terus melakukannya.
Lebih lanjut, Psikolog dan Dermatolog Evan Rieder menjelaskan bahwa kebiasaan menggigit kuku juga bisa menjadi respons terhadap rangsangan emosional yang kemudian berkembang menjadi perilaku yang terjadi secara otomatis, bahkan tanpa adanya rangsangan apapun.
Baca Juga: Aura Kasih Pisah dengan Anak Seminggu Pasca Jalani Operasi Pencangkokan Gendang Telinga
Dengan kata lain, menggigit bisa menjadi respons psikologis terhadap emosi yang kita lekatkan padanya, yang pada akhirnya menjadi refleks dan kebiasaan yang sulit dihentikan.
Efek Membiarkan Kebiasaan Menggigit Kuku
Kebiasaan menggigit kuku yang dibiarkan daat menimbulkan efek samping langsung, seperti pembengkakan, pendarahan, dan nyeri.
Namun, efek yang terjadi dari waktu ke waktu mungkin jauh lebih menakutkan.
"Efek jangka panjang sebenarnya dapat mencakup luka jaringan parut, perubahan warna permanen, dan infeksi jamur kronis pada kulit," kata dokter kulit Mona Gohara.
Rieder menjelaskan, perubahan warna tersebut disebabkan oleh respons biologis yang dipicu oleh aktivitas ketika menggigit kuku.
"Kadang-kadang melanosit, sel pembuat pigmen, dalam matriks kuku tempat kuku terbentuk terstimulasi dan mulai membuat lebih banyak pigmen," kata Rieder.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |