Laporan Wartawan Grid.ID, Nisrina Khoirunnisa
Grid.ID - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menanggapi masyarakat yang tengah ketakutan akan divaksin dengan mengundang ahli terkait.
Sebelumnya, Ganjar Pranowo telah mengikuti vaksinasi Covid-19 pada Kamis (14/1/2021).
Dilansir dari kanal Youtube Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah itu mengundang ahli peneliti vaksin Covid-19, dr Yetty Movieta Nency untuk menjelaskan terkait pembuatan vaksin Sinovac.
"Yang pertama adalah animal trial. Semua produk obat maupun vaksin, nomor satu itu human safety, nomor dua baru efikasi. Setinggi apapun efikasinya, kalau keamanannya tidak bagus itu tidak akan dipakai," jelas dr Yetty terkait tahapan pembuatan vaksin.
Usai lolos animal trial, tahap selanjutnya adalah clinical trial ke manusia melalui tiga fase yang harus dilewati.
"Fase satu disuntik vaksin diamati juga, minimal 1 tahun tergantung jenis vaksinnya," imbuh dr Yetty.
Clinical trial fase pertama biasanya akan diuji ke 20 hingga 60 orang untuk menghindari resiko fatal karena keamanan harus diutamakan.
"Kalau vaksin Corona, semuanya harus cepat. Karena evaluasi jangka pendek, semuanya aman. Tidak boleh ada serious adverse effect, itu tidak boleh ada subyek yang meninggal atau cacat," lanjutnya.
Usai fase pertama lolos keamanan, maka pada fase kedua akan ditambah lagi subyek yang diuji untuk melihat seberapa tinggi efikasi pada vaksin.
"Fase kedua baru efikasinya. Misalnya melihat berapa antibodi yang timbul, dan keamanan tetap jalan," tambah dr Yetty mengenai fase kedua clinical trial ke manusia.
Uji klinis fase ketiga baru akan diujicobakan dalam skala yang lebih besar seperti kasus vaksin Sinovac yang diujikan pada 1.600 orang.
"Setelah pengamatan jangka panjang ini selesai, kita harus mendaftarkan vaksin ini untuk mendapat lisensi dari BPOM," tutur dr Yetty.
Meskipun produksi vaksin dari luar negeri telah lulus keamanan, label keampuhan dan kehalalannya tetap harus diuji lagi di Indonesia.
Hal itu karena lingkungan dan kondisi manusia yang akan divaksin berbeda dari negara tempat pembuatan vaksin.
"BPOM itu sangat ketat, sesuai rules. Tujuannya untuk human safety," tandasnya.
Menurut penuturan dr Yetty, vaksin Sinovac telah lolos uji efikasi sebesar 65,3 persen yang melebihi standar dari WHO sebesar 50 persen, sehingga penggunaannya sudah aman dan diperbolehkan.
(*)
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Nisrina Khoirunnisa |
Editor | : | Nesiana Yuko Argina |