Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Diam-diam, ternyata Cheff Renatta pernah mengalami kenaikan berat badan hingga 74 Kg.
Mengutip laman Kompas.com, hal itu dialami Renatta saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Melalui video YouTube Podcast Deddy Corbuzier, wanita bernama lengkap Puti Renatta Ratnasari Moeloek ini mengungkap penyebab ia menjadi gemuk.
“Gue mungkin di SMA, I was a big stres ya. Gue dulu enggak nyadar sekarang nyadar. Gue dulu stres banget,” kata Renatta.
“Karena gue enggak ada teman yang nyambung banget. Ada bit of gap, karena teman gue di luar sekolah,” tutur Renatta.
Selain itu, penyebab lain lantaran Renatta menyukai makanan-makanan yang ada di SMA-nya.
Baca Juga: Adiknya Diberitakan Meninggal Gara-gara Tersedak, Angela Gilsha Ngamuk: Berasumsi Seenak Jidat
Dari sinilah yang membuat badannya menjadi gemuk.
Kini, wanita berusia 26 tahun itu sudah bisa mengelola stres serta makanan.
Dia pun lebih menjaga kesehatannya lantaran jarang berolahraga.
Stres memang kerap dikaitkan dengan kenaikan berat badan.
Baca Juga: Apa Itu Insulin Shock yang Jadi Penyebab Meninggalnya Suami dari Kartika Soekarno
Sebenarnya bagaimana penjelasan ahli soal kaitan stres dengan bobot tubuh yang bertambah itu?
Dilansir Grid.ID dari laman Grid Health, saat seseorang stres akan kurang tidur, malas berolahraga, dan konsumsi lebih banyak makanan tidak sehat.
Nah, alasan stres bisa membuat kita menjadi lebih gemuk bukan itu saja, loh.
Selain membuat tubuh merasa letih, jengkel, dan kewalahan, stres juga memicu respon tubuh lainnya.
Respon tubuh lainnya itu meningkatkan kadar hormon kortisol.
Hormon kortisol adalah hormon stres yang dilepaskan kelenjar adrenal sebagai respon terhadap ancaman.
Melansir Healthline, dr. Charlie Sletzer, dokter penurunan berat badan menjelaskan paparan kortisol berlebihan merupakan masalah besar.
Itu karena kortisol merupakan stimulan nafsu makan yang signifikan.
"Inilah sebabnya mengapa begitu banyak orang menanggapi stres dengan mencari makanan yang menenangkan," kata Sletzer.
Tak hanya itu, sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Biology Psychiatry menemukan, ternyata tubuh mengalami metabolisme lebih lambat saat berada di bawah tekanan atau stres.
Bahkan, melansir dari Fatherly, kadar kortisol yang meningkat membuat tubuh mulai membakar sesedikit mungkin kalori.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dirinya tetap hidup.
Jika ini terjadi, tubuh kehilangan kemampuannya memecah lemak menjadi energi.
Kondisi ini tentu memaksa tubuh hanya mengandalkan energi yang dipasok dari makanan yang saat ini dikonsumsi.
Kabar buruknya, kortisol juga dapat menjadi semacam pukulan ganda karena memicu lonjakan gula darah sekaligus mengganggu kemampuan tubuh untuk memecah gula tersebut.
Baca Juga: Pengaruhnya Besar, Memasak Telur Pakai Cara ini Bikin Kalorinya Menjadi Lebih Rendah!
Dr Sylvia Gonsahn-Bollie, spesialis pengobatan obesitas menyebut, kortisol menurunkan kepekaan tubuh terhadap insulin.
Oleh karena itu, hindari stres untuk kesehatan dan mencegah tubuh gemuk.
(*)
Source | : | Kompas.com,YouTube,Gridhealth |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |