“Banyak orang di luar sana memiliki harta yang berlimpah, kecerdasan yang lebih dari saya tetapi mereka tidak punya waktu. Saya bersyukur dengan keterbatasan yang saya miliki, saya dapat berbagi dan saya bersyukur akan hal ini,” ujar Gaby.
Semangat juang yang ditampilkan Gaby, membuat dirinya menjadi inspirasi bagi para anak dan sukarelawan lainnya.
Insiprasi yang sama juga terlihat pada episode ke-8, yang menceritakan perjalanan Tompi ke Larantuka, Flores, untuk bertemu dengan Hanna Keraf.
Sebagai perempuan berdarah Flores, ia kerap merasa berbeda dengan masyarakat kebanyakan. Apalagi dirinya menghabiskan masa kecil hingga dewasa di perantauan Jakarta bersama kedua orangtuanya.
Sedari dulu, Hanna sering membayangkan bagaimana rasanya kembali ke kampung halamannya. Keinginannya kemudian ia wujudkan selepas berkuliah di luar negeri. Hanna diam-diam melarikan diri ke Flores tanpa sepengetahuan sang ayah.
Sesampainya di Larantuka, ia terkejut ketika melihat tingginya kesenjangan ekonomi yang dialami para ibu. Akhirnya, ia bertekad untuk memajukan ekonomi sekaligus menggali potensi para ibu melalui Du’anyam, sebuah wirausaha sederhana yang menghasilkan produk ayaman sebagai identitas dari Larantuka.
Meski sempat ditentang oleh sang ayah, Hanna tidak pernah merasa menyesal dengan keputusannya. Pilihannya untuk kembali kampung halaman, ia anggap sebagai sebuah perjalanan untuk menemukan cinta kasih di tanah Flores.
“Aku disayang sama orang-orang di sini, itu cukup, itu lebih dari cukup. Di sayang sama orang itu membahagiakan, dan kasih sayang (para ibu) itu tulus,” kata Hanna.
Tidak hanya dua episode ini saja, kelima episode yang sudah tayang sebelumnya juga menampilkan inspirasi pemberdayaan diri yang tak kalah seru dan menginspirasi.
Selain itu, kamu juga bisa melihat indahnya hasil jepretan foto milik Tompi serta keindahan alam yang diabadikan di setiap episodenya. Untuk menonton Paras Cantik Indonesia dari episode pertama hingga kedelapan, kunjungi laman Youtube Indonesia Kaya di sini.
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |