Pada buku-buku itu, huruf dan suku kata dirangkai tanpa makna dan tanpa disertai contoh penulisannya dalam benda-benda yang dikenali anak.
Cara ini dapat mendorong anak bisa membaca.
Namun, ia tidak akan terlatih untuk memahami isi bacaan.
Akibatnya, kecintaan anak untuk membaca tidak tumbuh.
Berikut ini yang harus ayah dan bunda ingat dan lakukan:
Pengembangan literasi menggabungkan pengenalan terhadap bentuk tulisan dan bunyi.
Setiap bahasa memiliki aturan bunyi yang khas. Pada bahasa Indonesia, huruf e dibaca tidak sama.
Perhatikan kalimat berikut: Ibu, menaruh keset di depan pintu. Nak, cuci tangan dengan sabun sampai keset.
Maka, ajarkanlah bentuk huruf pada kata beserta bunyinya kepada anak.
Pada saat mengajar anak membaca, Anda juga harus mengajaknya bercakap-cakap agar anak mendengar contoh pengucapan beserta makna yang tepat.
Apa yang seharusnya dicapai anak kita?
Pada usia 3–6 tahun, kemampuan literasi awal anak berkembang dengan pesat apabila diberikan stimulasi yang baik.
Pada usia ini, anak dapat mengenali bunyi huruf dari kata yang didengar. Misalnya anak dapat menyebutkan ada bunyi a pada kata kuda.
Anak disiapkan dari pendidikan nonformal ke formal. Anak mulai dikenalkan kepada teks bacaan dan cara membacanya melalui kegiatan membaca bersama agar anak terlatih berbicara dengan pelafalan yang tetap dan nada yang sesuai.
Baca Juga: Meski Punya Segala Fasilitas Mewah, Inul Daratista Tetap Ajarkan Anak untuk Berjuang
Lika-liku Hidup Reza Artamevia yang Kini Dituding Bisnis Berlian Palsu, Dulu Diorbitkan Ahmad Dhani dan Pernah 2 Kali Masuk Bui
Penulis | : | |
Editor | : | Gridaidi |