"Perpisahan atau kehilangan benar dan betul adanya, sangat menyakitkan serta membekas. Tepat kemarin tangga 10 kepergianmu, tidak ada yang berbeda dari hari pertama sampai sekarang, wajahmu selalu menghias disetiap sujud sholatku," kata Fadel.
"Terlalu munafik aku kalau kukatakan aku kuat, tegar dan biasa saja. Beberapa dari orang disekelilingku selalu mendapatiku melamun sembari mengatakan apa yang engkau fikirkan," sambungnya.
"Aku menjawabnya bukan dengan kata-kata melainkan senyum berat. Langit ini terasa runtuh semuanya hambar bagai siang tanpa matahari dan malam tanpa bintang juga bulan."
"Insya Allah sekarang kupersiapkan dengan baik agar kita bisa berjumpa dan berkumpul sembari menunggu waktuku di jemput atau hari kiamat," ujar Fadel.
Tak hanya itu, Fadel juga mengaku bangga telah menjadi salah satu anak sang mendiang.
"Allah sudah begitu baik karena memberiku kesempatam memiliki ayah, aku bangga jadi anakmu, sangat bangga bahagia," imbuh Fadel lagi.
Seolah tak kuasa menahan rasa yang ia pendam, Fadel pun mengatakan jika dirinya iri dengan orang lain.
Bukan tanpa alasan, hal ini karena rekan-rekannya masih memiliki keluarga utuh.
"Sudah lama saya mengubur sifat iri hati saya kesiapapun tapi sekarang muncul lagi, kadang iri dan haru melihat teman-teman yang masig berkumpul bersama keluarga lengkap," tutupnya.
(*)
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Source | : | |
Penulis | : | Hananda Praditasari |
Editor | : | Hananda Praditasari |