Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Pada 2017 lalu, viral seorang gadis asal Banjarmasin yang mengalami tidur berhari-hari.
Adalah Siti Raisa Miranda alias Echa, kala itu, ia tertidur selama 13 hari.
Kini, Echa kembali mengalami hal sama.
Mengutip laman Kompas.com, sebelumnya Eca sempat bangun usai tetidur 9 hari lamanya.
"Iya, cuma sehari dia terbangun, dari tadi malam dia tertidur," jelas Siti Lili Rosita, ibu Echa saat dikonfirmasi, Senin (12/4/2021).
Ibunda Echa menjelaskan bahwa kini putrinya tersebut masih berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Ansari Saleh Banjarmasin.
"Saya belum tau perkembangannya karena saya pulang ke rumah, tapi siang tadi dia masih tidur," katanya.
Sebenarnya, Echa sempat berbincang dengan ayahnya di kamar rumah sakit.
Setelah itu, gadis tersebut meminta sang ayah mematikan televisi, lalu Echa kembali tidur dan tidak bangun lagi.
Pelajar tersebut diduga mengidap sindrom putri tidur.
Dilansir Grid.ID dari laman Healthline, Kleine-Levin syndrome (KLS) juga dikenal sebagai "sindrom putri tidur".
Ada beberapa fakta yang perlu diketahui tentang sindrom ini.
1. Kelainan langka
KLS adalah kelainan langka yang menyebabkan periode kantuk berlebihan yang berulang.
Dalam beberapa kasus, ini berarti hingga 20 jam sehari dihabiskan untuk tidur.
Karena alasan ini, kondisi tersebut sering disebut sebagai "sindrom putri tidur".
Baca Juga: Sering Mengantuk Saat Siang Hari? Jangan-jangan Kamu Mengidap Hipersomnia!
2. Menyebabkan kebingungan
KLS juga dapat menghasilkan perubahan perilaku dan kebingungan.
Gangguan ini dapat menyerang siapa saja, tetapi remaja laki-laki mengalami kondisi ini lebih dari kelompok lainnya.
Sekitar 70 persen orang dengan kelainan ini adalah laki-laki.
Baca Juga: Setiap Malam Susah Tidur? Coba Konsumsi Susu Kunyit dan 7 Minuman Ini, Dijamin Langsung Lelap
3. Gejala
Orang yang hidup dengan KLS mungkin tidak mengalami gejala setiap hari.
Faktanya, individu yang terkena biasanya tidak memiliki gejala apa pun.
Gejala umum termasuk kantuk yang ekstrem.
Mungkin ada keinginan kuat untuk pergi tidur dan kesulitan bangun di pagi hari.
Selama mengalaminya, tidak jarang penderita tidur hingga 20 jam sehari.
Orang yang hidup dengan KLS dapat bangun hanya untuk ke kamar mandi dan makan, lalu kembali tidur.
Kelelahan juga bisa sangat parah, sehingga penderita KLS harus terbaring di tempat tidur dalam waktu lama.
4. Gejala lanjutan
Sindrom ini juga dapat memicu gejala lain, seperti halusinasi, disorientasi, sifat mudah marah, perilaku kekanak-kanakan, nafsu makan meningkat, hingga dorongan seks yang berlebihan.
5. Penyebab
Penyebab pasti KLS tidak diketahui, tetapi beberapa dokter yakin faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko untuk kondisi ini.
Misalnya, KLS mungkin timbul dari cedera di hipotalamus, bagian otak yang mengontrol tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh.
Kemungkinan, cedera bisa jatuh dan mengenai kepala, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi tautan ini.
Beberapa orang juga mengalami KLS setelah infeksi, seperti flu.
Hal ini membuat beberapa peneliti percaya KLS mungkin merupakan jenis gangguan autoimun.
Beberapa insiden KLS mungkin juga bersifat genetik.
Ada kasus di mana gangguan tersebut memengaruhi lebih dari satu orang dalam keluarga.
6. Cara mendiagnosis
KLS adalah kelainan yang sulit didiagnosis.
Hal ini karena dapat terjadi dengan gejala kejiwaan, bahkan beberapa orang salah didiagnosis dengan gangguan kejiwaan.
Akibatnya, dibutuhkan waktu rata-rata empat tahun bagi seseorang untuk menerima diagnosis yang akurat.
7. Beradaptasi dengan KLS
Karena KLS dapat terjadi dalam rentang waktu 10 tahun atau lebih, hidup dengan kondisi ini dapat memberikan dampak yang luar biasa.
Ini dapat mengganggu kemampuan untuk bekerja, sekolah, hingga membina hubungan dengan teman dan keluarga.
Kondisi ini juga dapat memicu kecemasan dan depresi, terutama karena tidak tahu kapan akan terjadi atau berapa lama berlangsungnya.
Bicaralah dengan dokter tentang cara terbaik mengidentifikasi kondisi yang akan datang.
Rasa lelah dan kantuk yang disebabkan oleh KLS bisa terjadi secara tiba-tiba. (*)
Source | : | Kompas.com,Healthline |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |